Barcelona, I’m coming!

Matahari sudah menyeringai, ufuk sudah usai saat saya terbangun agak kaget jam 04:30. Waktu subuh hari ini jam 02:50. Bis menuju Haneda Airport dari depan stasiun berangkat jam 06:20, kalau ketinggalan maka harus menunggu 1 jam lagi, urusan pasti ribet kalau telat.

Hari ini dinas ke Barcelona, Spanyol, setelah sekian purnama Covid mengangkangi peradaban manusia memaksa pesawat terbang dikandangkan dan semua urusan dilakukan online.

Setelah cipika-cipiki, setengah berlari saya menuju halte bis limousine for airport, saya di urutan terdepan.Orang kedua di belakang saya datang beberapa detik setelah saya menaruh koper di barisan untuk ditaruh ke bagasi bis.

Lalu, cekrek, trip buddy saya “Pen-chan” bergaya di atas koper.

Pen-chan ini boneka kecil milik si bungsu yang diajak saat papanya dinas atau jalan-jalan.

Bis berangkat dari halte pas 06:20 sesuai daftar waktu di papan petunjuk halte. Time punctuality transportasi umum di Jepang memang menakjubkan. Dan itu bukan hanya shinkansen, tapi juga bis dan kereta.

Setiba di bandara, saya langsung menuju counter check in untuk drop baggage, saya sudah check in online melalui app Lufthansa Airlines, jadi seharusnya tidak akan makan waktu lama. Ternyata, yang berpikiran sama dengan saya ada puluhan karena akhirnya antrian baggage drop mengular sangat panjang.

Setelah drop baggage, saya perhatikan ada antrian panjang, setelah lihat ujung antriannya saya jadi kaget karena ternyata itu antrian masuk security check menuju terminal keberangkatan. Akhirnya niat menikmati takoyaki dan segelas kopi diurungkan. Saya langsung ikut antri menuju security check.

Butuh waktu sejam hingga akhirnya masuk melewati metal detector gate. Padahal biasanya antrian ini cuma 3-5 menit.

Setelah melewati imigrasi saya langsung berlari ke toko oleh-oleh dengan maksud beli oleh-oleh untuk staf lokal IESE Business School di Barcelona yang menjadi partner kami dalam program pendidikan untuk eksekutif kami.

Lagi-lagi antrian panjang di toko. Sambil melirik jam di hape, saya sambar 3 bungkus kecil coklat matcha dan mulai ikut antri.

Tiba-tiba saya seperti disentak oleh sesuatu dan menarik boarding pass dari tas untuk melihat jam boarding.

9:15

Jam di hape nunjukkan 9:13.

Akhirnya saya menyerah, keluar dari barisan mengembalikan 3 bungjus coklat ke rak dan berlari menuju gerbang 145, temlat pesawat Lufthansa menuju Munich Jerman sedang parkir.

Setengah berkeringat, saya akhirnya tiba di kursi 22A. Dan cekrek! Pen-chan sudah ambil posisi dekat jendela.

Pesawat take off telat beberapa menit dari jadwal. Saya langsung terlelap sebelum pesawat take-off.

Sekitar 3 jam kemudian saya terbangun. Berhubung posisi duduk di dekat jendela, saya harus membangunkan 2 orang yang duduk di kursi tengah dan lorong. Setelah memenuhi panggilan alam, saya wudhu  sambil khauf, alias menyapu sepatu sebagai ganti membasuh kaki, ruqshah(keringanan) bagi traveller dalam berwudhu.

Jalur pesawat yang dulunya ke arah Asia lalu masuk Eropa, sejak invasi Rusia ke Ukraina, jalur dipindahkan ke arah Kanada, dan membelok ke Utara melewati laut Berrings. Sebagai akibatnya matahari selalu terlihat seperti jam 9 pagi dan susah menentukan apakah sudah masuk waktu dhuhur atau belum. Saya memutuskan sholat dhuhur ashar jama’ qashr dengan pertimbangan bahwa sudah 4 jam berlalu dan di Jepang sudah jam 2 siang.

Tidak lama berselang, pramugari datang membawakan makan siang. Enaknya kalau memesan menu halal, makanan selalu datang duluan. Hanya saja, kalau dibandingkan menu reguler, biasanya porsinya lebih kecil.

Menu halal Lufthansa adalah nasi kare ditambah naan dan salad desert-nya berupa buah. Nasinya menggunakan basmathi rice, namun sayang sekali, mungkin koki mengira bahwa basmathi sama dengan beras Jepang yang mudah lunak. Nasi basmathi yang disajikan masih agak mentah ujungnya. Tapi ya dinikmati sajalah.

Sehabis makan, rasa kantuk menyerang, dan saya pasrah.

Saya terbangun saat posisi pesawat pas berada di atas daratan kutub utara. Hamparan es memutih membentuk daratan, terlihat indah dan memukau.

Daratan kutub utara, putih mempesona
Butiran es yang terperangkap di kaca jendela

TRANSIT DI MUNICH, JERMAN

Sekitar 3 jam sebelum mendarat, pramugari datang membawakan cemilan. Cemilan halalnya berupa sandwich berisi irisan tomat, daun salada, dan keju. Lumayan buat cemilan sore hari.

Pesawat mendarat 17:10 persis seperti itinerary tiket.

Ada 1 jam 30 menit, lumayan untuk meluruskan kaki dan menikmati secangkir cappucino di lounge. Seandainya waktu 3-4 jam sebenarnya lebih enak kalau mandi, tapi berhubung waktu transit cuma satu jam, maka terlalu buru-buru.

Akhirnya saya menikmati makan malam hanya dengan kare vegetarian, nasi basmathi, dan segelas cappucino.

MUNICH TO BARCELONA

Penerbangan dari Munich ke Barcelona ditempuh dengan waktu 1 jam 50 menit menggunakan pesawat yang lebih kecil. Matahari masih setia menemani walaupun sudah jam 7 malam. Bahkan 30 menit sebelum mendarat, yaitu sekitar jam 9 PM pun matahari masih menyinari langit dengan terang.

Matahari jam 9 PM

Alhamdulillah, pesawat mendarat 21:30 sesuai itinerary, tapi karena harus mutar cari tempat parkir, akhirnya barang keluar lewat jam 10.

Setelah ketemu pak bos yang naik pesawat berbeda, kami langsung menuju hotel.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.