Sudah Tua

Semalam saya pergi kondangan bersama teman, ini adalah kondangan resmi kali kedua semenjak beberapa belas tahun terakhir. Mungkin karena terlalu sering merantau maka saya nyaris tidak pernah menghadiri acara pernikahan, sebagai akibatnya saya tidak tahu banyak tentang kebiasaan sosial yang ada.

Karena pesta ini adalah pernikahan teman sekolah dulu, maka pesta itu sekaligus sebagai reuni-an. Pada saat berkumpul dengan teman2 seperti inilah saya sadar bahwa usia memang sudah tidak muda. Mungkin karena teman-teman kampus saya di Jepang adalah anak-anak muda yang berusia hampir 10 tahun di bawah saya, maka saya selalu merasa muda, sehingga terkadang lupa kalau usia sudah masuk kepala 3 tahun ini. Tapi ketika bertemu dengan teman-teman lain yang sebagian sudah mulai mapan, anak 2 atau 3, tersadarlah saya bahwa saya bukan lagi anak muda. Memang saya sudah jadi Bapak dari seorang putri, tapi saya selalu merasa bahwa saya belumlah pantas menjadi orang dewasa sungguhan. Padahal sudah bangkotan :nyengir:

Saya terlahir dari keluarga yang alhamdulillah tidak kekurangan amat sehingga tidak begitu silau dengan harta benda, tapi dengan kemiskinan di sekeliling, hidup sederhana dan tidak berlebihan bukanlah suatu hal yang aneh, bahkan menurut saya suatu kewajaran. Ketika beranjak dewasa saya seringkali tidak mengerti kenapa orang mesti punya rumah besar, mobil mewah, baju mahal, dll. Pemikiran itu pun masih melekat ketika sekarang alhamdulillah saya bisa membeli apa yang saya mau.

Setelah menghadiri pesta semalam, saya baru mengerti kenapa orang rela minjem duit di bank buat nyicil mobil, atau berani-berani korupsi demi bisa beli pakaian mahal. Beberapa orang teman yang saya dengar penghasilannya dalam sebulan tidak seberapa, tampil dengan modis dan mewah, dan sebaliknya ada juga kawan yang penghasilannya dalam setahun cukup membeli sebuah mobil mewah tetap saja tampil biasa-biasa. Hidup ini memang aneh….seringkali apa yang terlihat bukanlah sebuah kenyataan yang sebenarnya.

Aaaaghh…hidup ini apa sebenarnya? Ajarkan zuhud dunia kepadaku ya Allah.

10 thoughts on “Sudah Tua

  1. Akhy Sandy, tidak etis kalau saya menyebut nama karena itu akan menjadi gibah dan menuai dosa, lagipula saya menceritakan itu bukan untuk mengkritik ybs, tapi untuk bisa kita jadikan bahan renungan bagi diri kita masing2.
    Tapi yg jelas, lastum ya akhi. Antum kan dari dulu bersahaja walaupun sebenarnya berada 🙂

  2. Assalamu Alaykum
    Akh..Arief,tiap-tiap orang mempunyai pilihan hidup masing2x.Cuman kadang,kita aja lalai dalam memilih.Kita doakan aja bagi mereka yang salah pilih karena mungkin aja mereka ndak tau kalo pilihan hidupnya salah.Dan buat mereka yang udah right,tetap aja di koridor itu(kadang mempertahankan lebih sulit daripada mendapatkan).Btw,siapa pula yang yang sok kaya itu ya he3x….

  3. Kok nuduh klo di makassar he he
    (webmaster dilawan …)
    tepatnya di daerah perintis mas, tetangga ya ?
    bukannya bermaksud ngerecokin, tp web ini kan terbuka biarpun bukan kenshusei tokh ?
    btw swear kok, baca2 tulisanta′ sangat membangun opini saya lho, jadi pengen juga bisa bikin diary online …
    tapi sayangnya kemampuan menulis saya masih kalah jauh ….

  4. Saya masih belajar di universitas Hyogo, Kobe. Sambil mengelola usaha kecil2an di bidang pelayanan jasa bagi mantan kenshusei(magang Jepang) yg bisa dilihat di http://nenkin.anaknegri.com , trus kerja sambilan sebagai penerjemah di sebuah kantor di Osaka, dan mengelola usaha ekspor kecil2an ke Jepang.
    Maunya sih tiap hari nulis diari, sayang sekali tidak ada waktu. Mas Rian ini bukan kenshusei ya? Makassarnya di mana?

  5. Sip mas web…
    ada salah satu stasiun radio di tempat saya yang mottonya "dewasa berjiwa muda, muda bersikap dewasa" sepertinya bisa diteladani ya..
    btw membaca tulisan di diari mas bisa sedikit banyak membuat jadi tambah dewasa, taela…
    cuma sayangnya, sebagai diari ternyata tak direvisi tiap hari ya, sayang dong
    pasti tak ada waktu juga ya kalau harus mengurus webs ini melulu, buat keluarga juga to..
    boleh tanya sebenarnya kesibukan tiap harinya apa mas.

  6. Betul sekali mas Rian, kedewasaan tidak selalu bisa diukur pada usia. Tapi setidaknya, usia seharusnya menjadi peringatan bagi kita bahwa jatah hidup sudah semakin berkurang dari hari ke hari. Bukankah banyak orang yang bahkan tidak pernah menyadari bahwa hari-harinya telah berlalu dengan sia-sia? Semoga kita menjadi orang yg selalu awas dengan hidup kita, amin.

  7. Kedewasaan bukan hanya usia yang jadi tolok ukurnya. pernahkah terbersit jika sebenarnya KEMAPANANlah yang membuat seseorang dewasa ? bukan kemapanan materi tentu saja, tetapi lahir batin
    reuni, temu kangen, jumpa2 kawan lama mungkin bahkan bisa membuat kita kembali bercermin pada apa dan bagaimana kita dulunya, baik dan buruknya tingkah laku kita dalam 5 10 pun 20 tahun yang lewat
    barangkali kita bisa tersenyum, bersedih, menyesal, bahkan terbahak jika rekaman kejadian kita diputar kembali, seperti yang kelak akan diperlihatkan pada kita kembali di hari akhir.
    hidup ini adalah proses, untuk mencari dan mencapai tujuan. tetapi jika yang dicari sudah ketemu, apakah berarti hidup harus berhenti ??? tentu tidak, masih akan ada lagi yang harus terus dicari, itu proses hidup kita yang akan terus berlanjut. sampai kapan ? WALLAHU A′LAM ….
    untuk mereka yang ′materi-minded′, duniawilah tujuannya.
    tapi seharusnyalah seimbang, vertikal dan horisontal. btw, sudahlah, semua sudah punya porsinya masing, just enjoy ,,

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.