Nasehat Allah, Kimia, dan Akuntansi

Sewaktu duduk di bangku sekolah menengah atas (sebutannya SMA sebelum berubah nama menjadi SMU) tahun pertama saya sempat meninggalkan bangku sekolah beberapa hari dan harus menghabiskan waktu di bangsal rumah sakit karena menderita penyakit kuning. Menurut keterangan dokter kala itu, penyakit tersebut muncul karena daya tahan tubuh saya yang melemah akibat kecapaian.
Sebagai akibat dari sakit itu, saya kehilangan kesempatan belajar beberapa hari, padahal jadwal pelajaran pesantren yang kala itu menggunakan kurikulum triple berupa kurikulum sekolah umum, aliyah, dan pesantren sangat padat. Apalagi waktu itu saya baru saja duduk di bangku SMA sehingga ada beberapa pelajaran terutama kurikulum pendidikan umum adalah barang baru dan belum pernah saya temui di SMP. Untuk kurikulum pesantren dan aliyah, kebanyakan hanya versi lanjutan dari yang sebelumnya di bangku tsanawiyah atau kelas 1 s/d 3 (di pesantren kami sekolah 6 tahun, kelas 1 SMA itu disebut kelas 4).
Salah satu dari mata pelajaran brand new itu adalah kimia, sebuah mata pelajaran yang kemudian menjadi mata pelajaran yang tidak begitu menyenangkan karena tidak bisa saya pahami dengan baik sebagai akibat dari ketertinggalan saya selama berkali-kali kelas karena sakit.
Mata pelajaran kimia ini bahkan mengalahkan mata pelajaran matematika yang sebelumnya adalah pelajaran nomor satu unfavorit.

Kekurangan saya di Kimia ini sangat membekas di hati karena nilai raport saya untuk nilai kimia tidak pernah melewati angka 7, padahal matematika sendiri paling tidak, pernah menorehkan nilai 8.
Ketidakmampuan saya di mata pelajaran kimia itu akhirnya menumbuhkan rasa tidak senang terhadap hal-hal yang berbau kimia sehingga tentu saja kedokteran atau teknik kimia tidak pernah masuk dalam daftar target fakultas ketika akan melanjutkan pendidikan ke tingkat universitas, dan tentu saja MIPA dan fakultas yg berhubungan dgn matematika pun tidak masuk dalam daftar harapan. Ketika saya dinyatakan lulus di jurusan akuntansi Unversitas Hasanuddin dan diharuskan memilih karena juga lulus di STT Telkom, saya dengan bulat memilih STT Telkom. Selain karena beberapa alasan lainnya, “akuntansi identik dengan matematika” juga menjadi alasan kuat untuk itu. Dalam benak saya kala itu, di masa datang pekerjaan saya tidak akan berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan langsung dengan ilmu kimia atau matematika.

Tapi ternyata Allah menentukan lain karena sekarang ini saya malah bekerja di sebuah perusahaan yang dengan jelas mencantumkan jenis industrinya sebagai “perusahaan produk kimia (kosmetik dan produk medical quasi)”. Dan ketidaksukaan saya terhadap mata pelajaran kimia itu terbayang kembali ketika saya harus meracik bahan-bahan kimia untuk membuat bahan kosmetik atau ketika mencampur bahan-bahan itu untuk mengecek kualitas hasil produk di laboratorium QC kami di pabrik. Walaupun saya berada di pabrik hanya selama 6 bulan dan jenis pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu ngimia, karena hanya kebagian di bagian peracikan, finishing, dan quality control, tapi bagi saya hal itu sudah cukup spektakuler karena tidak pernah membayangkan bakalan pernah melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan hal yang dulunya tidak saya sukai.

Tapi ternyata bukan hanya kimia saja, matematika yang juga semula merupakan hal yang saya hindari pada pekerjaan, di divisi kali ini harus saya akrabi dengan akuntansi. Sebenarnya sebagai auditor intern, pekerjaan saya tidaklah serumit materi yang harus dikerjakan oleh auditor akunting, tapi pada salah satu bidang yang kami kerjakan yaitu audit operasional tetap saja saya harus memahami prinsip-prinsip dasar akuntansi dan pembukuan agar bisa melakukan pekerjaan dengan baik dan benar.

Saya jadi teringat sebuah ayat Qur’an yang dulu pernah dipelajari semasa mondok :
“dan mungkin kamu membenci sesuatu yang lebih baik bagi kamu, dan mungkin kamu menyukai sesuatu yang lebih buruk bagi kamu; Allah mengetahui, dan kamu tidak mengetahui.” Al Baqarah ayat 216.
Yang intinya ingin mengingatkan kita bahwa ada hal-hal yang kita tidak sukai karena sesuatu alasan padahal hal itu adalah sesuatu yang baik bagi kita, dan berguna nantinya. Demikian pula sebaliknya, ada hal yang kita sukai dan kejar-kejar padahal hal itu akan membawa ketidakbaikan buat kita.
Walaupun asbabun nuzul (penyebab turunnya) ayat ini dilatarbelakangi peristiwa tentang orang-orang yang ditegur oleh Allah karena tidak mau berangkat ke medan perang membela agama Allah, tapi kutipan ayat ini rasa-rasanya mampu memberikan nasehat yang klop dengan keadaan yang saya hadapi sekarang. Ternyata ketidaksukaan saya terhadap kimia dan matematika bukan hal yang baik bagi saya karena keduanya sangat saya butuhkan dalam pekerjaan saya yang sekarang walaupun bukan pada level expert.

Dalam kehidupan ini memang ada banyak hal yang baru kita bisa mengerti setelah mengalaminya sendiri, walaupun hal itu mungkin sudah diperingatkan oleh orang tua, guru, atau orang sekitar kita. Tapi bagi anda yang masih muda dan masih memiliki kesempatan yang banyak untuk memilih dalam hidup, ingatlah nasehat Allah di atas ketika akan membenci atau tidak suka dengan sesuatu hal. Janganlah pernah membenci sesuatu berlebihan karena bisa saja hal itu adalah hal yang baik dan suatu hari kelak akan anda butuhkan.

12 pemikiran pada “Nasehat Allah, Kimia, dan Akuntansi

  1. Memang terkadang kita dihadapkan kepada pilihan yang sulit untuk kita pilih…Tapi semua perlu disadari apa yang telah terjadi pasti itu kehendak ALooh yang terbaik untuk kita.
    Muhalir09.student.ipb.ac.id

  2. SUBHANALLAH!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
    Tidak semua yang kita benci itu buruk untuk kita.
    Terbukti dengan kebahagiaan yang saya dapatkan di departemen kimia.

    muganandaf09.student.ipb.ac.id

Tinggalkan Balasan ke muhaliBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.