Alam pikirku mengambang, asaku menipis
Mentari terasa begitu redup, padahal panasnya memanggang
Alhamdulillah kaki menuntunku
ke keteduhan bangunan tua di kaki bukit Sannomiya
Kubuka lembaran kusam
Kusisir coretan pena-Mu
Dan kutemukan sejumput ketenangan
Kurebahkan badan penat terhimpit beban
kutatap lampu hias di langit-langit
aahhh.kenapa ku selalu mencari keteduhan itu di tempat lain
Padahal kutahu di rumah-Mu lah semua itu ada
Kuterlelap dalam panasnya natsu
Sesekali kuterbangun karena suara-suara tak jelas
aahhh.betapa sering ku terlupa
Bahwa suatu hari, aku akan terlelap dan tak akan bangun hingga suara terompet berkumandang
Angin panas menyerbu masuk
Tapi dihalau oleh hembusan kipas angin
aahhh.mengapa aku sering terlena
Padahal kutahu bahwa dunia ini selalu panas
Dan hanya perlindungan-Mu yg selalu sejuk
Allahummadhdiiny ilaa shirotal mustaqiim wa audzu bika minal wahni, amin
Kutahu pasti, aku tak akan pernah mampu menahankan panasnya neraka-Mu
Karena itu beri aku kesejukan surga-Mu, ya Rabb
5 pemikiran pada “Rumah-Mu”
Saya pribadi salut dngn untaian2 kata yg anda tulis, semoga bisa menyejukan hati orang2 yg terlena terhadap Nya. amin
Semoga karangan ini mampu membangkitkan kami2 yang ada di jpn2,agar selalu kepadaNya..amiin..
Karanganmu bagus,smoga kita selalu rindu akan kesejukanNYA.
Semoga cahaya ilmu selalu bersama mu..
Karangan kamu menyentuh juga