There is always the first time for every thing – Vietnam

Perjalanan dinas saya kali ini mengambil rute yang cukup panjang: Tokyo – Ho Chi Minh – Hong Kong – Tokyo.

Untuk menghemat biaya perjalanan, saya menggunakan maskapai Cathay Pacific, yang berarti saya harus transit di Hong Kong sebelum melanjutkan perjalanan ke Ho Chi Minh, Vietnam.

Saya tiba di Bandara Hong Kong siang hari. Karena masih ada waktu cukup panjang sebelum boarding berikutnya, saya memutuskan mencari ruang sholat untuk melaksanakan dhuhur dan ashar.

Ternyata letaknya cukup jauh dan harus berjalan berlawanan arah dengan gate keberangkatan saya. Tapi perjalanan panjang dari satu ujung terminal ke ujung lainnya terasa ringan, mungkin karena suasana bandara yang luas dan tertata rapi.

Jam 15:00 saya sudah standby di gate. Pesawat berangkat tepat waktu, dan saya mendarat di Ho Chi Minh pada pukul 18:00. Di pintu kedatangan, seorang sopir kantor sudah menunggu sambil memegang kertas A4 bertuliskan “Mr. Arif”—momen sederhana tapi membuat rasa aman dan nyaman karena tidak perlu mencari taxi atau Uber.

Di sepanjang perjalanan menuju hotel, saya menikmati pemandangan lampu kota Ho Chi Minh di malam hari. Ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Vietnam, dan entah kenapa rasanya seperti kembali ke masa muda: riuh, padat, penuh energi dan harapan.

Saya menginap di Hotel New World Saigon. Setelah check-in, saya langsung berendam air panas, masuk ke dalam selimut, dan tertidur tanpa menunggu lama. Tubuh ini benar-benar menyerah pada rasa lelah.

HARI PERTAMA

Saya bangun subuh-subuh, ketika langit masih gelap. Usai sholat, saya mengenakan pakaian olahraga dan memulai jalan pagi menyusuri jalan di sekitar hotel.

Betapa terkejutnya saya menemukan deretan restoran halal di daerah pertokoan 2 blok dari hotel, lengkap dengan signage Arab dan Melayu. Bahkan ada toko pakaian melayu yang menjual baju koko dan gamis. Rasanya seperti menemukan oase kecil bagi perantau.

Saya melanjutkan langkah ke taman kota tepat di depan hotel. Pagi itu udara segar, pepohonan besar berdiri megah menaungi area olahraga. Saya berhenti sejenak, mengamati orang-orang Vietnam dari berbagai usia; dari anak-anak muda hingga kakek-nenek yang senam pagi, tai chi, dan jogging bersama. Energi positif memancar kuat dari interaksi manusia dengan ruang publik.

Kembali ke hotel, saya menikmati sarapan: jus beets merah, caffe latte, dan menu favorit saya—ikan salmon asap. Yang membuat hati semakin hangat adalah tersedianya miso sup. Alhamdulillah.

Usai sarapan saya bersiap untuk agenda hari ini. Sopir yang menjemput di bandara malam sebelumnya sudah menunggu di lobby hotel. Kami menuju kantor Ricoh Vietnam, yang berada di lantai 17 sebuah gedung perkantoran.

Di sana bekerja sekitar 100 karyawan, ruangan cukup padat, sampai ada yang bekerja di area dekat resepsionis.

Saya ditemani GM HR melakukan office tour singkat, lalu mengadakan diskusi face-to-face dengan GM Customer Service, GM Finance, dan GM Production Printing.

Waktu makan siang, empat GM termasuk GM HR mengajak saya ke restoran khas Vietnam. Karena mereka paham saya muslim, menu diarahkan ke seafood, dengan hidangan andalan mereka: spring roll udang yang segar dan nikmat. Tumis kangkung ikut tersaji, ditemani udang bakar dan kerang berbumbu. Rasanya mirip dengan citarasa makanan kita.

Setelah makan siang, saya kembali ke kantor untuk meeting dengan GM Sales yang sedang tidak enak badan sehingga WFH. Kami berdiskusi melalui Microsoft Teams.

Malamnya, saya makan malam bersama tim HR, IT, dan Legal di restoran vegetarian yang cukup terkenal di Ho Chi Minh. Suasananya unik, hangat, dan estetis—bahkan plating hidangannya terasa artistik. Tidak ada satu pun menu berbahan daging. Mereka bahkan mampu menyediakan menu vegan bebas telur dan dairy jika diminta. Pengalaman kuliner yang tidak terlupakan.

HARI KEDUA

Pagi kedua, saya kembali melakukan jalan pagi dengan rute berbeda.

Keluar dari hotel saya menyusuri area pertokoan menuju sebuah bangunan museum. Daerah sekitar taman kota sudah ramai: olahraga, senam, badminton—sederhana, hidup, bersahaja. Mereka benar-benar menikmati hidup.

Saya mengambil beberapa foto, termasuk potret pedagang kecil dengan dagangannya, momen yang menurut saya mengandung cerita panjang.

Setelah kembali ke hotel dan sarapan, saya check-out. Sopir perusahaan sudah menunggu di parkiran. Sekitar 30 menit kemudian kami sampai di kantor.

Hari ini agenda utama adalah meeting dengan Managing Director Ricoh Vietnam.

Pukul 10:30 saya berpamitan kepada semua karena harus mengejar pesawat Vietnam Airlines menuju Hong Kong, destinasi dinas berikutnya dalam perjalanan ini.

Setiap perjalanan membawa pengalaman baru.

Vietnam mengingatkan saya bahwa keterbatasan ruang tidak membatasi kreativitas, dan bahwa keramahan manusia melampaui perbedaan bahasa. Dua hari yang singkat, tapi meninggalkan kesan mendalam.

Sampai bertemu lagi, Ho Chi Minh.

Terima kasih untuk kehangatan dan pelajarannya.