Di sebelah saya duduklah seorang ibu-ibu berusia sekitar 40-50an. Dengan mimik muka serius berkata pada lawan bicaranya “Saya itu selalu ingat dan patuh sama nasehat Kakek saya, jadi wanita yang terbaik dan bisa jadi contoh bagi anak-anak adalah dengan menjadi ibu rumah tangga yang full di rumah, bukan bekerja di luar rumah”.
“Iya bu ya” lawan bicaranya menimpali.
“Iya bu, kita kan wanita harus jadi contoh buat anak-anak” imbuh si Ibu sambil mengisap rokoknya dalam-dalam dan menjatuhkan abunya di asbak di depan mereka.
Saya yg mendengar percakapan itu sempat terpesona dengan isi percakapan itu sebelum akhirnya menjadi muak luar biasa karena melihat bahwa si Ibu berkata tentang kebajikan sambil merokok.
Suatu yang kontradiktif biasanya sangat dibenci oleh orang yg normal ketika menyangkut masalah kebaikan.
Sama halnya ketika seseorang yg tersangkut banyak kasus korupsi mulai dari urusan rumah sakit, bus karatan, beli tanah pemda sendiri, duit csr perusahaan swasta, hingga cipratan ikatepe, dan seabrek lainnya.
Semua orang normal, pasti muak ketika orang seperti itu dipuja sebagai orang bersih dan anti korupsi, karena ucapan mulutnya berbeda dgn perbuatannya.
Sama muaknya ketika sekelompok orang menganggap dirinya sebagai paling bhinneka tapi yg dilakukannya justru memecah belah masyarakat, memprvokasi muslim, mengadu pribumi asli dan non, dll.
Tapi kadang-kadang kita sampai tertawa ngakak ketika para buruh membakar sampah hasil kelakuan mereka menghamburkan duit dan tak satupun dari mereka berani muncul menghalangi, tapi saat hari sudah gelap lantas menyalakan lilin dan berucap “kami tidak takut”,,, hehehe,,, klo emang ngga takut, kok siangnya ngga muncul mempertahankan sampah-sampah itu?
Rakyat sudah muak, jangan sampai rakyat lebih dari muak.