Kunjungan ke rumah makan ini pertama kali adalah ketika perjalanan balik dari Tasik ke arah Jakarta pada akhir Desember 2014. Saya bersama keluarga akhirnya memutuskan mencoba rumah makan ini setelah bingung memilih antara RM Cibiuk atau RM ini. Kami singgah persis pada jam makan sekitar 11:30 dengan kondisi pengunjung yang berjubel. Dari situlah saya mengalami beberapa hal yang membuat saya mulai berandai-andai, seandainya saya diangkat menjadi GM rumah makan ini.
Kalau ini restoran ini punya saya atau saya diberi kesempatan membenahinya, maka berikut ini adalah hal-hal yang akan saya lakukan.
1. Sistem Reservasi Saung Real Time
Kondisi : tidak ada sistem pemesanan saung, pengunjung disuruh mencari sendiri saung yang kosong di areal seluas 3 hektar lebih dengan kontur tanah yang berbukit dan harus naik turun ratusan anak tangga untuk mencari tempat kosong di lebih dari 100 saung dan meja.
Pendapat sebagai konsumen : jika anda datang bersama keluarga dengan menggendong anak yang sedang tidur, sistem self reservation ini adalah mimpi buruk. Bayangkan anda harus naik turun ratusan anak tangga sambil menggendong anak dan membawa tas mengelilingi areal itu untuk kemudian harus kembali ke pintu masuk dengan kecewa dan putus asa karena lapar, capek, tapi tidak menemukan saung kosong. Bagi kami, ini adalah pengalaman buruk dan tidak mau kami alami lagi, atau dengan kata lain, kami tidak akan pernah lagi singgah di restoran ini jika masih ada pilihan lain.
Saya akan merancang sistem pemesanan saung dan meja secara real time dengan menggunakan program berbasis web. Metodenya sangat sederhana, cukup membuat peta lokasi sederhana yang bisa menunjukkan lokasi saung dengan nomornya dan jika diklik bisa menampilkan informasi tentang saung seperti status okupasinya, apakah kosong atau terisi. Jika terisi maka menampilkan dari jam berapa tamu tersebut masuk sehingga bisa diprediksi berapa lama lagi mereka di situ. Kemudian juga bisa menampilkan jumlah tempat duduk di saung tersebut dan view dari saung tersebut 360 derajat.
Sistem itu bisa menunjukkan urutan okupasi saung berdasarkan jam masuk sehingga pengunjung yg antri tahu berapa lama harus menunggu.
2. Sistem Pemakaian Saung
Saya akan menerapkan beberapa aturan yang harus diikuti oleh pengunjung.
(1) Batas maksimal penggunaan saung adalah 2 jam. Jika melebihi 2 jam maka akan dikenakan charge tambahan misalnya 50.000 per dua jam. Pembatasan jam ini memang agak mengurangi kenyamanan konsumen yang betah menikmati keasrian pemandangan sekeliling restoran, tapi sekaligus memastikan bahwa semua pengunjung akan mendapatkan kesempatan. Batas maksimal ini akan diperpanjang menjadi 3 jam jika tingkat okupasi restoran di bawah 50 persen dan ditentukan secara otomatis dari program IT manajemen saung.
(2) Pada saat pengunjung akan menggunakan saung, mereka akan menerima semacam nomor meja dan print out yg menampilkan jam mulai dan prediksi batas waktu. Di balik nomor saung itu terpasang peta tempat saung berlokasi supaya pelanggan tidak pusing-pusing mencari. Nomor meja itu harus mereka kembalikan saat selesai makan dan menyelesaikan pembayaran.
3. Wifi gratis
Untuk mengakselerasi proses marketing WoM via media sosial saya akan memasang wifi gratis yang bisa diakses di manapun di dalam restoran.
Untuk mengontrol penggunaan wifi, jaringan akan dilindungi password yg berubah tiap hari dan tertera di print out. Kemudian saya akan memasang filter di router agar saat pengunjung membuka internet maka akan diarahkan membuka halaman yg memberikan link kepada pengunjung untuk check in dan sharing ttg restoran ini di facebook dan twitter.
Saya juga akan memasang tulisan di setiap saung yang berbunyi “ingin foto? Panggil staf kami”. Hal ini untuk meng-encourage pelanggan supaya foto dan sharing di sosial media.
4. Bel Panggilan
Dengan luas restoran yang seperti itu, yang paling menjengkelkan bagi pelanggan adalah ketika butuh sesuatu dan harus memanggil waiter. Saya harus menunggu hampir 15 menit untuk bisa menambah pesanan. Itupun kebetulan ada yang lewat.
Solusinya adalah memasang bel panggilan di setiap saung. Bel itu akan menyalakan nomor saung di kontrol room yang dikendalikan oleh satu orang. Controller ini yg akan menghubungi waiter yang in charge saung nomor tersebut. Jika waiter itu sibuk maka controller akan menghubungi waiter freelance. Penjelasan tentang freelance waiter silakan lihat di bagian “Pasukan Waiter” di bawah.
5. Struktur Organisasi
Penanggung jawab tertinggi adalah general manager restoran. Adapun pembagian tugas adalah sebagai berikut :
- Chef Head yang akan bertanggung jawab terhadap urusan dapur
- Manajer resources yg bertanggung jawab terhadap pembukuan, administrasi, dan pengembangan SDM
- Kepala Rumah Tangga yang akan bertanggung jawab terhadap fasilitas restoran dan procurement
- Manajer IT yg bertanggung jawab atas pengembangan dan maintenance sistem IT
- Manajer Pengembangan Bisnis, bertanggung jawab atas pengembangan menu, promosi, iklan, dan ide-ide bisnis untuk menaikkan jumlah kunjungan dan volume pemesanan makanan.
- 3 orang manajer saung yang akan bertanggumg jawab terhadap performance saung di wilayahnya.
6. Pasukan Waiter
Saya akan menyusun personel pengelola saung dengan 3 jenjang.
a. Waiter
Pasukan waiter ini akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu “dedicated waiter” yaitu waiter yang menangani saung tertentu. Minimal 1 orang DW akan memegang 2 saung. Selain itu akan ada “freelance waiter”, mereka ini tidak akan in charge atas saung tertentu, tapi standby di beberapa titik penting. Di beberapa titik di dalam restoran akan saya taruh interkom bagi FW untuk menjawab kalau ada panggilan.
Secara karir, seorang DW lebih tinggi di atas FW, sehingga gaji juga lebih tinggi sedikit.
b. Supervisor Saung
Saung akan saya kelompokkan dalam 2 atau 3 grup berdasarkan kontur tanah dan posisi dapur. Setiap kelompok saung ini akan dihandle oleh seorang Supervisor. Seorang supervisor harus mampu membaca situasi dan menggerakkan FW ketika dibutuhkan.
c. Manajer Saung
Saya akan angkat 1 orang sebagai manajer saung yang bertanggung jawab atas operasional seluruh saung.
7. Edukasi Karyawan
untuk bisa memberikan pelayanan yang terbaik bagi konsumen, edukasi karyawan adalah kata kuncinya. secara bergilir, semua staf akan saya ajak ke restoran yang memiliki pelayanan terbaik di sekitar Bandung. Selain sebagai refreshing dan wisata buat mereka, sekaligus belajar tentang arti pelayanan dari restoran yang lebih maju dalam pelayanan.
Selain itu, di semua level akan saya lakukan job rotation agar mudah bongkar pasang personil ketika terjadi kekosongan karena sakit, cuti, atau ada yang resign.
8. Marketing & Promosi
Sembari mempersiapkan semua perangkat dan SDM, saya akan mulai membangun image melalui sosial media dan memfollow up-nya dengan kegiatan Below The Line. Menjalin kerjasama dengan sekolah-sekolah unggulan di Bandung dan memberikan kupon makan gratis sekeluarga bagi siswa berprestasi, melakukan promosi ke perusahaan dan kantor, dan banyak lagi program lainnya.
……. banyak banget program saya ya…hehehe,,, mudah-mudahan kang Asep tidak membaca blog ini, soalnya ribet juga kalau didekatin buat di hi-jack…hahahaha.. jadi menghayal ya