Biasanya saya paling malas pakai jas ke kantor, tapi rasa-rasanya tidak enak juga kalau hanya pakai kemeja biasa, sementara pakai batik pun terlalu mencolok sebab di kantor jarang ada yang pakai batik. Hari ini rencananya akan bertemu dengan Pak Taufiq, staf ahli, senior advisor Menteri UKM. Pertemuan ini guna menjelaskan tentang buku yang EN (Enjinia Busantara) akan rilis awal april 2013 (saya menulis satu bab tentang Hourensou). Buku yang membahas tentang aspek sosial, industri, dan bisnis di Jepang ini rencananya akan diberi testimoni oleh Pak Habibie (mantan presiden RI) yang dihubungkan dengan kami oleh pak Taufiq karena kedekatan beliau, baik sebagai pribadi maupun secara organisasi sebab pak Taufiq juga menjabat sebagai Sekertaris Jenderal ICMI Pusat.
Awalnya tempat disetting di hotel Mulia karena dekat ke tempat pak Taufiq, tapi karena ada beberapa rekan dari komunitas alumni Jepang ingin bergabung dan datangnya dari lokasi yang agak jauh maka tempat digeser ke TIS Tebet. Karena saya memperhitungkan jarak hotel Mulia, akhirnya saya sampai terlalu cepat. Tapi lebih baik menunggu daripada ditunggu, itulah salah satu prinsip shakaijin yang sudah lumrah di Jepang tapi tampaknya belum umum di negeri kita (kalau ingin tahu apa itu shakaijin, silakan baca buku kami nanti yang membahas tentang hal tersebut).
Menjelang jam yang disepakati pak Taufiq muncul dengan segala kebersahajaan beliau. Dengan setelan batik warna terang, senyum dan jabat tangan erat menyambut ketika saya dan Abdi (ketua EN) menyapa beliau. Abdi baru pertama kali bertemu langsung walaupun sudah kontak via email, sementara saya kalau tidak salah sudah 1-2 kali sewaktu di Jepang, dan terakhir sewaktu acara deklarasi IPTIJ Korwil Jabodetabek pada desember 2012 lalu. Pak Sigit dan Mas Ivan dari KAJI datang setelah beberapa lama berselang.
Pembicaraan tentang testimoni buku hanya berlangsung singkat karena pak Habibie memang sudah menyanggupi dan tinggal menunggu hasil saja. Kami akhirnya brainstorming tentang peran apa saja yang EN bisa lakukan sebagai komunitas profesional muda di Jepang. Brainstorming agak terganggu karena sering diselingi oleh diskusi yang membahas terlalu jauh. Padahal seharusnya kalau brainstorming, harus fokus dulu di idea generating, sebelum men-judge ide2 yang ada. Pembahasan ide-ide menjadi menarik dan meluas karena teman-teman dari KAJI menceritakan tentang kondisi terkini dunia industri Indonesia yang semakin hot karena kebanjiran UKM2 Jepang, sementara pak Taufiq menggambarkan visi-visi kementerian UKM yang menarik dan ditambahi dengan sharing ide-ide yang beliau terapkan di Ikopin Bandung. Saking serunya diskusi tak terasa jam menunjukkan pukul 10 malam. Kami akhirnya meninggalkan restoran Marenggo Bali itu jam 10 lewat. Mudah2an ada beberapa ide yang bisa kami wujudkan dari pembicaraan 2 jam tersebut.