Sudah lama sekali saya tidak menulis artikel yang diterbitkan di media yang dibaca oleh publik, selain yg tertuang di blog ini. Kali ini pun artikel yg saya tulis sebenarnya tidak diterbitkan di media yg benar2 publik karena wadah tempat artikel saya tampil itu hanya buletin internal perusahaan yang paling banter hanya akan dibaca oleh sekitar 2000 orang, yaitu pegawai Mandom Group di Jepang dan beberapa puluh ekspatriat yg dikirim ke negara lain. Tapi yang menantang kali ini adalah bahasa yang saya gunakan adalah bahasa Jepang dan tema yang saya angkat walaupun
hanya berupa laporan kegiatan, tapi berpotensi menimbulkan silang pendapat di antara pembaca jika saya tidak menggunakan ungkapan yang tepat karena kegiatan perusahaan yang saya ulas kali ini adalah tentang keikutsertaan Mandom Jepang dalam peringatan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-65. Dan seperti yang umumnya rakyat Indonesia ketahui, kemerdekaan itu diproklamirkan saat terbebas dari Jepang, setelah Jepang kalah perang oleh sekutu dan Jepang harus menarik mundur pasukannya dari Indonesia.
Awalnya saya ingin menuliskan sedikit tentang latar belakang diperingatinya kemerdekaan RI dan hubungannya dengan Jepang. Tapi setelah mempertimbangkan pro-kontra pendapat tentang kemerdekaan negeri kita, akhirnya saya memutuskan untuk tidak membahas ttg hal itu. Pada saat itu saya mencoba mencari tahu dulu apakah orang2 Jepang tahu cerita perang jaman dulu atau tidak.
Sasaran interview saya yg pertama adalah manajer saya sendiri yang berusia sekitar 45 tahunan. Dan jawabannya sangat di luar dugaan karena ternyata si manajer itu tidak tahu bahwa negaranya pernah menjajah Indonesia. Dalam pengertian yg ia pelajari di bangku sekolah, Jepang pernah menduduki Indonesia tapi tidak pernah menjajah Indonesia. Dalam buku sejarah mereka, Jepang itu melakukan ?? (senryou) yg kalau diartikan kebahasa Indonesia adalah “menduduki”, bukan ???? (shokuminchika) atau menjadikan daerah kolonisasi atau menjajah.
Kami berdebat panjang lebar tentang masalah itu hingga akhirnya ia menunjukkan Wikipedia dalam bahasa Jepang yang ternyata setelah saya baca, isinya memang menuliskan bahwa Indonesia itu merdeka dari Belanda, bukan dari Jepang ( http://ja.wikipedia.org/wiki/%E3%82%A4%E3%83%B3%E3%83%89%E3%83%8D%E3%82%B7%E3%82%A2 ). Dan dijelaskan di wikipedia itu bahwa Jepang memang hanya menduduki Indonesia, bukan mengkolonisasi. Artikel Wikipedia berbahasa Jepang yang ditulis oleh orang Jepang itu diiyakan oleh staf lain sembari menambahkan bahwa kemerdekaan yg diproklamirkan bangsa Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 itu belum diakui oleh Belanda kala itu sehingga otomatis belum bisa disebut merdeka. Menurut pemahaman mereka, Indonesia baru benar-benar merdeka setelah duduk di round table dan Belanda mengakui Republik Indonesia.
Sebagai orang Indonesia yang belajar sejarah bangsa sejak SD tentu saja saya bertahan dengan sejarah versi bangsa Indonesia, walaupun akhirnya berusaha menutup perdebatan itu karena merasa tak ada gunanya. Paling tidak saya sudah berusaha menunjukkan bahwa sejarah Indonesia versi Jepang itu tidak sama dengan yang diamini oleh bangsa Indonesia, terutama yang berhubungan dengan hari kemerdekaan dan penjajahan Jepang sebelumnya. Kalau menurut saya sendiri, Jepang disebut menjajah karena mendirikan perwakilan pemerintah di Indonesia. Sementara itu, ditariknya pasukan Jepang dari Indonesia di agustus 1945 menyebabkan kekosongan pemerintahan di Indonesia yg kemudian dimanfaatkan oleh pejuang RI untuk memproklamirkan kemerdekaan, sehingga otomatis kemerdekaan itu diambil dari Jepang. Tapi tidak demikian pendapat mereka.
Dari hasil tanya jawab itulah saya akhirnya memutuskan untuk tidak memasukkan kisah tentang kemerdekaan di dalam artikel yg saya tulis itu. Memulai sebuah perdebatan lama antara orang Indonesia yg berjumlah 2 orang vs 2000 orang Jepang di dalam perusahaan yg sama, saya rasa bukanlah hal yang bijaksana dan tidak membawa manfaat bagi siapapun.
Saya akhirnya menggambarkan bagaimana suasana peringatan hari ultah RI di Indonesia. Berkisah tentang panjat pinang, lomba kebersihan RT/RW, lomba makan kerupuk, dan tentu saja tentang upacara 17 agustus di kantor2 pemerintah atau sekolah. Sebuah suasana yang bagi orang Jepang saya yakin dianggap aneh karena pada hari ??? atau hari berdirinya negara Jepang tidak ada kegiatan resmi yg dilangsungkan.
Setelah paragraf yg berisi ilustrasi ttg suasana 17 agustus-an di tanah air, saya memfokuskan materi selanjutnya pada suasana peringatan ultah RI yang diadakan oleh KJRI Osaka di hotel Hyatt Regency, Osaka. Niat di balik tulisan itu adalah ingin menggambarkan bagaimana dua bangsa yang 65 tahun lalu berhadap-hadapan di medan perang dan saling membunuhi, kini rakyatnya bisa berdiri bersama dalam satu ruangan saling berjabat tangan dan bercerita tentang bagaimana mesranya hubungan kedua bangsa beberapa puluh tahun terakhir ini.
Konjen RI di Osaka pak Ibnu Hadi memulai sambutan sekaligus menggunakan kesempatan itu untuk memperkenalkan satu persatu pimpinan atau perwakilan 13 perusahaan yang ikut serta mendukung acara itu. Presiden Direktur Mandom Group, Mr. Nishimura Motonobu, tanpa canggung mengambil posisi di panggung setelah nama beliau dipanggil. Di sebelah beliau berdiri pak Asa Perkasa, GM Garuda Indonesia cabang Osaka, seorang GM Garuda yang masih sangat muda tapi berwawasan luas dan seakan-akan tidak pernah kehabisan ide-ide cemerlang untuk mengembangkan pasar Garuda di Jepang. Selain Mandom dan Garuda, ada Panasonic, Mizuno (sports wear), Otsuka Holding (Pocari Sweat), Daihatsu, SK Foods, dan beberapa perusahaan lain.
Sambutan pak Konjen dilanjutkan dengan sambutan dari Dubes RI yang menyengajakan datang dari Tokyo, pak Yusuf Anwar. Beliau sekaligus memohon pamit kepada masyarakat Jepang sehubungan dengan berakhirnya masa tugas beliau dan harus kembali ke tanah air.
Dari pihak pemerintah Jepang, wakil gubernur propinsi Osaka, walikota Daerah Khusus Osaka, dan walikota Sakai City membawakan sambutannya masing-masing. Kimura Sakushi, wakil gubernur Osaka dengan semangat berkisah tentang hangatnya hubungan pemerintahannya dengan Indonesia. Beliau memaparkan tentang program Sister Province Osaka Prefecture dengan Jawa Timur dan serangkaian kegiatan yang mewarnai kerjasama itu, mulai dari sumbangan jembatan penyeberangan ke Jawa, program training Kadin Jawa Timur, dan juga ttg lawatan gubernur Jawa Timur tahun lalu dalam rangkaian kegiatan seminar dan promosi peluang bisnis di Jawa Timur. Sementara itu walikota Sakai City yang beroleh kesempatan menyampaikan pidatonya di sela-sela acara ramah
tamah menceritakan bagaimana seriusnya pemerintah kota di bawah pimpinannya menjalin kerjasama dalam berbagai bidang terutama bisnis dan budaya. Di kota yg beliau pimpin sejak tahun lalu memang semakin aktif menjalin kerjasama setelah tahun lalu beberapa SD di kota itu memperoleh pemberian alat musik tradisonal Indonesia, angklung. Sambutan walikota Sakai itu kemudian dilanjutkan dengan penampilan beberapa anak SD yang tampil memainkan beberapa lagu Indonesia dan Jepang dengan menggunakan angklung. Menarik sekali melihat mereka memainkan alat itu dengan lincah, padahal baru beberapa bulan mereka berlatih menggunakan alat tersebut.
Semua rentetan kegiatan itu saya beberkan secara berurutan dengan tidak lupa menampilkan beberapa foto selama acara.
Setelah selesai disetting, tulisan saya memenuhi 3 halaman dari total 8 halaman buletin Mandom.