Udara serasa segar menerpa wajah pagi ini. Menurut perkiraan cuaca hujan tak akan turun walaupun mendung menggelayut di beberapa sudut langit. Saya meninggalkan rumah agak lebih lambat dari biasanya karena hari ini saya bukannya ke kantor, melainkan langsung menuju hotel Rihga Royal di bilangan daerah Nakanoshima, Osaka. Hari ini ada seminar yang diadakan oleh Konsulat Jenderal RI Osaka dengan tajuk investasi dan bisnis di Indonesia. Sebenarnya perusahaan kami yang sudah masuk ke pasar Indonesia sejak tahun 69 tidak begitu butuh informasi yg dibawakan di seminar itu. Kedatangan kami di seminar itu atas undangan pak Konjen yang sudah berjanji memberi kesempatan kepada Mandom untuk bertatap muka langsung dengan menteri Deperin dan sekaligus mengutarakan beberapa poin yang kami harapkan bisa diberi atensi dan ditingkatkan di Indonesia. Dari Mandom Japan Mr. Yamashita yang merupakan mantan CEO di Mandom Indonesia akan mewakili perusahaan, dan saya diminta oleh Mr.Yamashita untuk mendampingi beliau.
Acara berlangsung setelah telat beberapa menit dimulai dengan sambutan oleh beberapa figur publik ternama. Kankeiren (semacam persatuan pengusaha di daerah Kansai) diwakili oleh Mr. Masayuki Matsushita yang merupakan cucu dari pengusaha terkenal, Konosuke Matsushita, sang pendiri Panasonic Group. Dari JETRO, kepala cabang Jakarta diterbangkan langsung dari Osaka. Sementara Daihatsu juga tidak tanggung-tanggung mendatangkan langsung pimpinan Astra Daihatsu di Indonesia, Mr.Takashi Nomoto.
Ada beberapa materi yang cukup menarik untuk ditelaah selama seminar itu. Menteri Perindustrian, pak Mohamed S.Hidayat, dengan gaya yang tenang tapi bersemangat berusaha membuat peserta training untuk mengerti bahwa Indonesia dengan bentangan pulau seluas itu adalah surga investasi karena memiliki potensi alam yang sangat luar biasa mulai dari hasil laut, tambang, pertanian, perkebunan, dan tentu saja potensi pasar dengan peta usia penduduk berbentuk lampion. Presentasi pak Hidayat ditutup dengan pemutaran DVD tentang gambaran potensi investasi di Indonesia. Sayang sekali bahwa DVD itu hanya dibuat dalam bahasa Inggris, padahal hanya butuh duit tidak seberapa untuk membuat presentasi itu dalam bahasa Jepang. Memang sih ada penerjemah, tapi tetap saja tidak akan sebagus kalau DVD itu dibuat langsung dalam bahasa Jepang.
Dalam presentasi pak Hidayat, beliau berulang kali menekankan bahwa tahun ini Indonesia akan memprimadonakan sektor pengolahan makanan dan pengolahan tambang, dengan teknologi Jepang yg kaya hasil alam Indonesia yang kaya akan menjadi perpaduan yang sempurna. Tapi ketika ada peserta yang bertanya apa poin penting yang akan dijadikan sorotan utama agar kombinasi itu terjadi, pak Menteri sepertinya belum menyiapkan apa-apa karena menjawab pertanyaan itu dengan gaya berputar dan tidak jelas poinnya. Padahal si pengusaha Jepang itu sebenarnya bertanya, apakah pemerintah Indonesia serius dengan pengusaha Jepang dan bersedia menyiapkan insentif atau special treatment buat pengusaha Jepang. Entah itu di sektor perpajakan dengan tax holiday, ataukah di bidang birokrasi dengan kemudahan layanan satu atap, ataukah usaha pemerintah RI untuk menjembatani partnership antar pengusaha di dua negara, atau hal lain yang bisa membuat mereka memilih Indonesia dibanding negara lain. Sayang sekali pak Menteri tidak bisa menjawab padahal pertanyaan itu sebenarnya umpan balik yang jika dimanfaatkan bisa menghasilkan gol yang indah.
Setelah pak Hidayat, yang tampil adalah Mr.Takashi Nakayama yang menjabat sebagai kepala JETRO Jakarta dengan makalah yang berjudul “Today’s Indonesia challenging to BRICs” (BRIC = Brazil, Rusia, India, Cina). Makalahnya cukup menarik karena mengutip sebuah pernyataan ahli ekonomi yang dikutip di majalah The Economist. Kutipan itu menyebutkan Indonesia sebagai negara yang sebenarnya menggeliat perlahan di tengah krisis ekonomi global ini. Walaupun tidak mencolok perkembangan ekonominya tapi sebenarnya negara yg berpotensi bangkit dari krisis paling cepat di antara negara2 ASEAN. Bahkan makalah pak Nakayama itu menyelipkan sebaris frase yg menarik minat karena beliau menuliskan BRIICs. Kata beliau, dalam 15 tahun mendatang, BRICs akan ditambah satu huruf I di tengah, Indonesia.
Presentasi sesi kedua diisi oleh kalangan pebisnis yang sudah sukses di pasar Indonesia. Di urutan pertama ada Daihatsu yang sebenarnya di Jepang hanya sebuah unit bisnis dari raksasa otomotif Toyota. Perusahaan itu bertumbuh secara signifikan karena anak perusahaannya di Indonesia maju dengan pesat. Menurut Mr.Nomoto, saat ini Indonesia adalah lokasi investasi terbesar dari Daihatsu.
Di presentasi selanjutnya sebenarnya masih ada perusahaan di bidang agri bisnis bernama Takii & Company, lalu PT. Freyabadi yang bergerak di bidang makanan, tapi kami tak bisa mengikutinya karena dari belakang seorang staf KJRI menghampiri dan berbisik bahwa pak Menteri akan siap menerima kami dalam waktu setengah jam mendatang. Saya dan Mr. Yamashita akhirnya keluar dari ruangan seminar dan standby di ruangan sebelah yang khusus untuk berbincang dengan pak Menteri. Rupanya hari ini, ada dua perusahaan yang diberi kesempatan untuk beramah tamah langsung. Selain Mandom, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi bahan film coating yang diwakili pimpinan pusatnya juga beroleh kesempatan langka itu.
Ketika tiba giliran kami, Mr. Yamashita dan saya masuk setelah sebelumnya saya dicegat oleh staf Menteri yang mungkin tidak menyangka kalau akan ada orang Indonesia yang ikut masuk. Saya hanya tersenyum dan menyodorkan kartu nama lalu buru-buru menyusul Mr. Yamashita yang sudah bersalaman dengan Pak Hidayat. Setelah bersalaman dan bertukar kartu nama dengan pak Hidayat, saya duduk setelah terlebih dahulu mempersilakan Mr.Yamashita untuk duduk di kursi yang persis berhadapan dengan kursi pak Hidayat, awalnya mungkin karena grogi Mr.Yamashita malah menyuruh saya yang duduk berhadapan dengan pak Hidayat. Ternyata walaupun 6 tahun menjabat sebagai CEO di Mandom Indonesia dan pasti banyak berhubungan dengan pejabat publik tingkat atas, tetap saja Mr. Yamashita bisa grogi karena harus bertemu langsung dengan orang sekaliber pak Hidayat yang dikelilingi beberapa Dirjen dan staf kementerian.
Percakapan kami mulai dengan basa-basi seputar pengalaman Mr. Yamashita di Indonesia. Di tahap itu Mr. Yamashita yang memang lumayan lancar bahasa Indonesianya masih menggunakan bahasa Indonesia, tapi begitu masuk ke percakapan inti Mr. Yamashita beralih ke bahasa Jepang dan saya terjemahkan langsung di setiap akhir kalimat beliau.
Pada intinya kami membicarakan sebuah usulan yan kalau bisa diterapkan di salah satu instansi pemerintah di Indonesia agar kondisi dunia bisnis di Indonesia bisa menjadi lebih kondusif, yang pada gilirannya akan membawa perkembangan ekonomi dan bisa menyejahterakan rakyat. Walaupun usulan kami itu terlihat sederhana tapi sebenarnya tidak mudah diterapkan karena ada banyaknya hal yang perlu dibenahi sebelum usulan dari Mandom itu bisa diterapkan.
Seusai pembicaraan itu pak Hidayat menyalami kami sambil berkata “kalau you tetap bersama kami, kami akan bersama you. Saya janji akan bantu, asalkan anda janji untuk tidak memindahkan investasi ke negara lain”. Mr.Yamashita tersenyum dan meyakinkan bahwa Grup Mandom tidak memiliki rencana untuk meninggalkan Indonesia.
Kami meninggalkan ruangan dengan cepat.
5 pemikiran pada “Tatap Muka Dengan Menperin RI”
wah enak banget ya bisa bertatap muka dengan pak mentri…. kapan ya saya bisa seperti mas arif ini…hehe
ass. tabe daeng, kali ini bukan mau comment, tapi pengen konsultasi lansung dengan pak arief, urusan pribadi jadi tidak pantas kali klo aku paparkan lewat webside anak negri ini, klo bisa aku minta email khusus atau no tlp yg bisa di hubungi sekaligus waktu2 yang sekiranya tidak mengganggu aktivitas pak arief makasih,, tabe dik.
Silakan kontak saya via FB atau di anaknegeri. Gunakan fasilitas message supaya hanya saya yg baca.
Ini dgn Fahmi Komatsu ya? Klo kontak sebelumnya mungkin bisa ketemu ya. Mandom dan Mayhwa dapat jatahnya persis sehabis seminar di lantai 2. Keep in touch!
Wah..sayang kita gak ketemu…
Saya juga menemani Boss bertatap muka dengan pak Menteri…
Kami kebagian waktu pukul 12.00-12.30