Hari ini gubernur bank Jepang mengumumkan kenaikan suku bunga NichiGinko (Bank of Japan) menjadi sebesar 0.5% pertahun. Kenaikan ditanggapi cukup hangat karena 7 bulan sebelumnya NichiGin sudah mendongkrak suku bunga yang sebelumnya berada pada angka 2 digit di belakang koma menjadi 0.25% pertahun.
Lantas apa artinya bagi kita?
Coba kita lihat dari segi untung dan ruginya dulu bagi orang jepang.
Dengan naiknya suku bunga NichiGin, denga mudah orang akan mengatakan bahwa para senior citizen atau orang2 tua yang hidup dari nenkin akan mendapat keuntungan karena jumlah dana yang mereka terima akan naik. Jika dihitung secara total, pemerintah Jepang memang akan mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk menalangi dana pensiunan warga negaranya yang sekarang ini kurvanya semakin berbentuk kerucut terbalik (yang tua semakin banyak, yang muda semakin berkurang).
Tapi jika dilihat secara orang perorang sebenarnya kenaikan suku bunga ini tidak terasa karena dana yang diterima tidaklah terlalu besar bagi penerima pensiunan.
Sehingga bisa disimpulkan, kenaikan suku bunga ini tidak terasa langsung oleh warga negara secara umumnya.
Lalu apa kerugiannya bagi warga negara?
Kenaikan suku bunga bank sentral ini secara otomatis akan berdampak sangat luas kepada orang-orang yang selama ini mempunyai loan (pinjaman) perumahan dengan bunga tak tetap, dan yang pasti akan memukul telak pengusaha-pengusaha kecil dan menengah yang meminjam uang dari bank sebagai modal usaha. Jumlah bunga yang harus mereka kembalikan akan dikalikan dua mulai bulan depan.
Lantas apa efeknya bagi orang Indonesia?
Yang pertama, kenaikan suku bunga ini secara otomatis akan mempengaruhi lini produksi yang banyak bergantung pada pengusaha kecil dan menengah, dan sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya banyak memperoleh modal usaha dari pinjaman bank. Dengan naiknya beban finansial, bukan hal yang aneh kalau perusahaan akan mencari jalan aman dengan menaikkan harga dasar barang hasil produksi mereka. Mata rantai ini akan berujung pada kenaikan harga barang-barang konsumsi. Dan tentu saja, ini akan berakibat kepada kita orang Indonesia yang tinggal di Jepang ini, harga kebutuhan pokok akan meninggi.
Yang kedua, dengan menaiknya suku bunga bank sentral Jepang, maka secara otomatis suku bunga pinjaman pemerintah Indonesia kepada pemerintah jepang akan mengikut pula. Dan karena Jepang adalah negara pemberi pinjaman papan atas bagi negara kita, maka hal ini akan berdampak hebat. Kenaikan 0.25% kalau dikalikan 1 milyar yen saja sudah menambah beban 2,5 juta yen pada APBN kita. Padahal hutang kita kepada Jepang bukan hitungan milyar 🙂
Dengan naiknya suku bunga ini sedikit banyak akan berdampak pada seretnya aliran investasi langsung ke negara lain karena secara teori orang akan lebih menyukai menyimpan dana di bank dengan bunga yang aman daripada investasi yang belum tentu menguntungkan. Lagi-lagi kondisi ini akan buruk dampaknya bagi kita karena Jepang adalah negara investor terbesar ketiga setelah Korea Selatan dan Singapura (BKPM 30 April 2003). Berkurangnya investasi yang keluar dari Jepang berarti berkurangnya investasi masuk ke negara kita.
Apa sebenarnya yang diincar oleh NichiGin sebagai penjaga gawang ekonomi Jepang?
Tampaknya memang langkah ini sudah merupakan strategi besar untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam jangka panjang. Ini tercermin dari komentar gubernur NichiGin Mr.Fukui yang secara gamblang menyebutkan bahwa langkah menaikkan suku bunga ini akan dilakukan secara bertahap. Dari pernyataan beliau sudah jelas bahwa kenaikan bunga hari ini bukan yang terakhir, dan masih akan berlanjut. Sampai nilai berapa? Masih rahasia 🙂
Secara makro, kenaikan suku bunga ini akan membawa beberapa kebaikan bagi Jepang.
Yang pertama, dengan terjadinya kenaikan barang berarti akan menekan nilai deflasi yang merupakan PR terberat bagi ekonom negara sakura ini. Berbeda dengan negara kita yang (mungkin) belum pernah deflasi karena inflasi melulu 🙂
Yang kedua, dengan naiknya suku bunga ini mungkin diharapkan adanya modal yang flying back ke Jepang.
Tapi apa sebenarnya yang diincar oleh tim Mr.Fukui? Apakah ini ada kaitannya dengan tekanan anggota G8 lainnya supaya Jepang mengintervensi pasar agar nilai yen kembali naik? Kita lihat saja langkah NichiGin selanjutnya.