Selamat Idul Adha 1427 dan Tahun Baru 2007

Suatu hari teman saya yg sedang berusaha mendalami filosofi Budha melontarkan sebuah pertanyaan ketika kami sedang makan siang di ruang kelas di kelas seminar di kampus Gakuen Toshi.

"Rif, saya mau dengar pendapat kamu" Katanya pelan2 dalam bahasa Jepang.

"Douzo, nan desuka (silakan, apaan?)" Kata saya.

"Begini, saya sudah lama merenungkan ini" ucapnya secara hati-hati."Kamu pernah ndak perhatikan di hidup kita ini, ada orang yang sukses ada yang gagal. Ada orang yang kaya dan ada pula yang miskin. Ada orang yang sehat selalu, tapi ada juga yang selalu sakit2, ada orang yang bahagia tapi ada juga yang menderita, kenapa?
Kenapa semua orang tidak hidup bahagia saja? Kenapa tidak semua orang hidup senang? Tidak perlu sakit, tidak perlu menderita? Kenapa?" Tanyanya secara beruntun.

Saya tersenyum. Bukannya menjawab, saya malah balik bertanya "Pernahkah kamu berpikir kenapa yang disebut ′gelap′ itu ada?. Dia menunjukkan wajah bingung sesaat dan menatap saya dengan wajah yang masih penuh teka-teki.

Saya berusaha memmancing kinerja otaknya, pertanyaan itu saya jawab sendiri

"gelap itu ada karena ada yang disebut terang".

"O iya ya" jawabnya secara tak sadar.

Saya lalu menambahkan lagi "itu pula jawaban dari pertanyaan kamu kenapa ada orang yang kaya, sebabnya adalah karena ada orang yang disebut miskin. Itu juga jawaban kenapa dalam hidup kita ini episode menderita itu perlu ada, agar supaya kita tahu dan bisa menghargai apa yang disebut kebahagiaan. Tuhan menciptakan segala sesuatu di dunia ini dengan sebuah maksud, kalau penderitaan itu datang di dalam hidup, boleh jadi ia adalah teguran, bisa jadi ia adalah hukuman dari perbuatan kita, atau bisa juga hanya merupakan bumbu hidup supaya kita bisa mengerti betapa bernilainya kebahagiaan".

"Tapi bagaimana kita tahu bahwa itu adalah teguran, hukuman, atau hanya bumbu?".

"Bercerminlah, kalau sesuatu yang tak benar telah kamu lakukan maka penderitaan itu mungkin hukuman. Atau mungkin baru berupa teguran supaya kamu sadar. Atau berbahagialah karena mungkin itu cuma bumbu supaya hidup ini lebih nikmat".

Wajahnya masih menyimpan beribu tanya dan masih ingin melanjutkan dialog tapi terpaksa batal karena bel jam ketiga sudah berbunyi.

"Mataa hanasou ne(kita ngobrol lagi nanti ya)"
Katanya penuh harap.

—————————————

Kita memang seringkali lupa bahwa hidup ini hanyalah pergantian periode antara gelap dan terang, antara sedih dan senang, antara bahagia dan derita, dan seterusnya. Tidak ada yang abadi.

Jika hari ini jatuh, maka bercerminlah dari kejatuhan itu.
Jika hari ini menderita, maka belajarlah dari penderitaan itu.
Jika di masa lalu ada banyak kesedihan, maka sinsingkan lengan untuk mengusir kesedihan dan meraup kegembiraan.
Jika tahun yang lalu banyak kegagalan, mari ganbatte supaya tahun ini keberhasilan bisa datang.

Selamat Tahun Baru 2007 dan selamat hari raya Idul Adha 1427.

4 pemikiran pada “Selamat Idul Adha 1427 dan Tahun Baru 2007

  1. Bener juga ya. yang penting jalani hidup dengan penuh semangat, dan sebaik mungkin, ga usah terlalu merisaukan masa depan (kl saya gitu sih hehe, soalnya masa depan serba ga jelas, apalagi kl denger berita2 bencana alam dll, kadang bikin hidup jadi pesimis)

  2. Betul sekali mas Sugi, kita memang selalu butuh waktu untuk merenungi hidup. Selamat memasuki tahun baru, tapi jangan merenung terus-menerus ya… 🙂

  3. Wah perlu perenungan yang sangat mendalam,allah menciptakan makluk udah diatur sedemikian rupa,so kitalah yang pandai2 mengaturnya,dan selalu instropeksidiri

Tuliskan komentar anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.