Jam baru menunjukkan 03:59, Aisha sedari tadi tak bisa tidur gelisah berguling ke sana kemari. Malam masih terlelap dalam pelukan angin musim dingin yang berhembus. Fajar masih jauh karena subuh baru menyapa pada pukul 05:16. Burung-burung watari dori sudah tak terdengar riuhnya, mungkin mereka pun semua terlelap dalam dingin.
Dari kejauhan tiba-tiba terdengar raungan sirene pemadam kebakaran. “Ada apa ya…?” Bisik Istri saya pelan. “Ada kebakaran atau ada orang yang terkunci lagi?”. Raungan sirene memang pernah mengejutkan kami sewaktu masih tinggal di daerah Nagata – Kobe. Waktu itu sepulang dari kampus, saya sangat terkejut melihat iring-iringan mobil pemadam kebakaran yang menuju arah apartemen kami. Saat itu Aisha masih bayi ataukah masih dalam kandungan, saya ndak begitu ingat. Yang jelas saya berlari dan berpacu dengan keringat karena sangat khawatir sembari bertanya-tanya dalam hati, kok ada mobil pemadam yg datang tapi tidak ada asap yang membumbung di angkasa.
Waktu itu mobil pemadam kebakaran berhenti tepat di bawah jendela apartemen kami yg lantai 2, sebuah mobil ambulance juga terlihat siaga dgn beberapa petugas medis. Tapi begitu melihat arah apartemen dan tidak terlihat api, maka saya spontan mengucap hamdalah. Saya hampiri seorang petugas dan bertanya, ??????????? (apa yg terjadi?). Petugas itu tersenyum melihat saya ngos-ngosan lalu menjawab ???????????????? (ada orang yg tidak bisa keluar dari toilet).
Puff….saya menyeka keringat dan kembali bersyukur bahwa tidak ada apa-apa.
Sejak saat itu kalau mendengar sirene mobil pemadam kebakaran, kami selalu teringat kejadian itu. Ada sebuah kekaguman tersendiri pada petugas pelayanan publik di negeri ini, mereka betul-betul menangani segala permintaan dengan sungguh hati, bayangkan..hanya untuk menangani sebuah telpon yang memberitahu bahwa seorang nenek terkunci di toilet, mereka mengerahkan sebuah mobil pemadam kebakaran beserta peralatan beratnya ditambah mobil ambulance dengan petugas medisnya.
Saya jadi teringat cerita seorang teman tentang keisengan seorang kawannya dulu di Makassar. Kawannya itu iseng menelpon petugas kebakaran dan memberitahu bahwa terjadi kebakaran di sebuah pemukiman dekat situ. Sebagai akibatnya serombongan mobil pemadam kebakaran dikerahkan sia-sia. Mungkin orang itu tak menyadari bahwa perbuatan isengnya itu berharga ratusan ribu rupiah atau mungkin bahkan jutaan rupiah yg mesti dikeluarkan dari kas Pemda yg dibayar oleh pajak kita semua. Menurut cerita orang, satu kali petugas keluar markas, ada honor tertentu yg mereka terima, dan ada anggaran tertentu yg ditagihkan ke pemerintah, wallahu a?lam.
Di Jepang, menurut sebuah acara di TV, kalau anda melakukan keisengan seperti itu maka hukumannya berat atau dendanya cukup besar. Dan yg terpenting adalah, jangan harap bisa lolos dengan mudah sebab telpon yg masuk dilengkapi dengan caller ID displayer yg memperlihatkan nomor telpon yg masuk, kalaupun pake telpon umum maka mereka akan lacak dengan sungguh-sungguh hingga menemukan siapa yg berbuat.
Karena masyarakatnya tidak iseng maka petugas pelayanan publik pun sungguh2. Di negara kita, pemadam kebakaran katanya sering mengabaikan telpon masuk karena banyaknya penelpon iseng, sebagai akibatnya kebakaran sudah selesai petugas baru datang. Jadi, yg salah siapa?
Tanpa perlu menuding satu pihak, sebaiknya perbaikan sosial ini kita mulai dari diri sendiri. Seperti (terjemahan) kata Rasulullah SAW “Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka ubahlah dengan tangannya. Jika ia tak mampu maka dengan lisannya. Jika itu pun tak mampu maka dengan hatinya, dan itulah selemah-lemahnya iman“.
Saat ini saya berusaha merubah dengan lisan (tulisan) saya, maukah anda berjanji akan mengubahnya dengan tangan (tenaga) ketika hal itu terjadi? Mari berjanji bersama 😉
2 pemikiran pada “Dedikasi pada pelayanan”
Ganbate…Pandangan mata selalu menipu,Pandangan akal selalu bersalah,Pandangan nafsu selalu melulu,Pandangan hati itu yang hakiki
Success lakum ya Akhi Fillah…….