Bulan mengintip dari sela-sela jendela Port Liner yang kunaiki menuju Port Island. Cahayanya menerpa permukaan laut 15 meter di bawah rel kereta, ah, indah nian pulau buatan ini. Setiap kali naik Port Liner ini, selalu kusempatkan menikmati keindahan pelabuhan Kobe atau Meriken Park di seberang. Di kejauhan tampak kelap kelip lampu sebuah kapal yang besar sekali, apakah itu The Emma Maersk? Kapal yang konon bisa mengangkut 11.000 kontainer ukuran 20 feet sekaligus?
Entahlah. Dan apalah peduliku? Saat ini aku hanya peduli dengan kenyataan ketika purnama mengingatkanku bahwa tarawih sudah yang ke-16 tapi rekorku baru mencatat 1 malam di Tasikmalaya, 3 malam di Kobe. Betapa rugi aku….
Teringat hadits yang dibacakan Imam Mohsen 3 malam yang lalu :
Man qaama ramadhaana, imaanan wahtisaaban gufhira lahu maa taqaddama minzanbihi (HR. Bukhariy Muslim).
“Barang siapa yang bangun (mendirikan sholat) pada malam ramadhan karena iman dan karena intropeksi diri(menghisab diri), maka diampunkan baginya dosa2 yang telah berlalu”.
Indah nian janji-Mu ya Allah, dan kutahu Engkau pasti tidak ingkar janji.
Tapi apa daya, masih selalu ada uzur yang tak terhindarkan. Semoga dengan ibadahku yang kurang ini pun Engkau berkenan memasukkanku dalam golongan orang2 yang beruntung itu, amin.
Purnama 15 ramadhan takkan ku sua lagi hingga tahun depan. Semoga umur masih panjang untuk bisa bersua lagi dengannya, amin.
Satu pemikiran pada “Purnama di ramadhanku”
Tulisannya bagus 🙂