Hari ini (atau malam kemarin, soalnya udah subuh negh 🙂 ) saya coba menghubungi seorang pemohon yang beberapa minggu sebelumnya mengirimkan surat komplain karena ternyata data yang ia kirim via seseorang yang dia beri amanah tidak sama dengan yang tertera di website kami. Kami sudah beberapa kali mendapat kejadian seperti ini, dan alhamdulillah dengan adanya layanan online yang kami sediakan, kejadian seperti ini banyak terselesaikan karena pemohon bisa mengecek langsung proses aplikasi yang berlangsung hingga ke hitungan detik beserta kesahihan data, tentu saja data penting seperti alamat, nomor rekening, dll telah kami masking sehingga tidak tampil vulgar.
Saya menelpon dengan niat baik karena ingin membantu menyelesaikan persoalan, karena walaupun aplikasi dimasukkan melalui orang yang tidak kami kenal, tetap saja kami punya tanggung jawab secara moral untuk memastikan bahwa aplikasi yang masuk adalah benar dan bukan palsu.
Tapi yang saya temui sungguh di luar dugaan, yang bersangkutan malah melayani pembicaraan dengan suara tinggi dan tidak bersahabat, padahal saya sudah memakai standar tinggi dalam komunikasi. Istri saya hanya senyum-senyum memperhatikan saya yang kebingungan. Saya benar-benar bingung, mau dibantu nyelesaiin masalah kok gini? :bawah: Sempat terpikir, kenapa saya telpon ya, padahal kalau saya cuek pun sebenarnya nggak akan ada masalah buat kami, dan tanpa saya campur tangan pun persoalan ini mungkin bisa beres di tataran bawah, toh ada kordinator yang bisa saya todong tanggung jawabnya, dan juga ada sub kordinator yang paling bertanggung jawab atas kasus ini, dan bukankah kasus ini juga terjadi tanpa sepengetahuan kami?
Saya mengelus dada, dan berusaha menyadarkan diri bahwa mungkin inilah lika-likunya berhadapan dengan manusia, not always as expected. Berbuat baik bukan berarti harus naif mengira bahwa semua orang akan menyambut dengan senyuman, ada kalanya kita berbuat baik tapi disambut dengan sikap masem. 8))
Akhirnya saya sudahi pembicaraan dengan tetap berusaha sweet, walaupun hati sudah mangkel. Pada akhir telpon, sebelum salam, berkali-kali saya halo…halo.. tapi tampaknya hubungan telpon sudah terputus. Kalo kata orang Sunda, cape hate saya malam ini… :nangis:
PS : cape hate dibaca sonomama, bukan hate dalam bahasa Inggris ya…
2 pemikiran pada “Cape hate”
Makasih bang Zaim. Maklumlah saya manusia biasa yang gampang terbawa esmosi..he..he..he
Saya ini orangnya gampang tersulut, tapi alhamdulillah juga gampang mendingin. Pada prinsipnya saya memang easy going. Tujuan saya curhat di sini adalah untuk berbagi rasa dengan pembaca, mudah2an bisa jadi pelajaran buat saya pribadi, dan juga buat teman2 yg lain.
Sabar lah dik Arief, memang sekarang ini banyak orang aneh, hanya Allah lah yang tahu niat kita masing2, easy going we lah