Bertolak meninggalkan Makassar

Bersolek, itu kesan pertama kali ketika menginjakkan kaki kembali di kota kelahiranku Makassar. Sepanjang jalan poros propinsi, puluhan kompleks pertokoan berupa ruko atau mall sedang dibangun dan beberapa sudah berfungsi. Entah apakah pemerintah daerah Sul-Sel dan Makassar menyamakan langkah dengan pemerintah pusat yang membangun ekonomi `hanya` dengan modal tingkat konsumsi, yang jelas dalam 5 tahun ke depan kota ini akan jadi sasaran barang impor kalau industri barang konsumennya tidak digenjot. Ini sebenarnya sebuah peluang yang luar biasa besar bagi mereka yang berniat terjun ke dunia bisnis, karena dengan perhitungan kasar saja, untuk mengisi mall-mall dan pusat perbelanjaan yang demikian membludak itu, tentu akan dibutuhkan supplier produk bermutu dan mudah didapatkan oleh toko-toko itu.
Secara teori, pembangunan yang tolok ukurnya berdasarkan pada tingkat konsumsi masyarakat memang amat sangat rapuh dan semu, tapi apa mau dikata, saaat ini sejauh itulah kemampuan pemerintah kita. Mudah2an para pebisnis dan calon pebisnis bisa jeli memanfaatkan peluang ini tanpa perlu bergantung kepada pemerintah, yang untuk saat ini memang tidak bisa dijadikan tempat bergantung 🙂
Hari ini bertolak menuju Bandung, mudah2an perjalanan dengan Adam Air lancar, amin.

3 pemikiran pada “Bertolak meninggalkan Makassar

  1. A Asep, saya hanya 3 hari di Bandung, menghabiskan waktu di Gramedia Merdeka dan Yogya Kepatihan 🙂 saya udah balik lagi ke Jepang pada tanggal 22 Maret. Mata nee…

  2. Selamat jalan dan selamat menikmati kota kembang bandung sampai berapa lama mas arif dibandung dan kapan rencana balik lagi kejepang.

Tuliskan komentar anda

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.