PM Abe mengundurkan diri!

安部総理辞意表明!(Perdana Menteri Abe mengumumkan pengunduran dirinya)

Judul berita ini menghiasi suplemen2 koran yang diedarkan gratis di jalan2 di Osaka hari ini. Suasana kantor IMM Osaka juga heboh dengan berita ini, para Bucho dan Kacho membahas masalah ini selama beberapa waktu. Saya yg semula tidak perduli karena asyik dengan kerjaan akhirnya terbawa juga pembicaraan itu.

Kalau dirunut ke belakang ada beberapa hal yang akhirnya membuat PM Abe meletakkan jabatannya. Sejak semula Abe memang dikritik oleh politikus2 lainnya dengan pernyataannya bahwa ia bertekad akan melanjutkan kebijakan2 pemerintah yg telah ditetapkan oleh pendahulunya Koizumo Jun-ichiro. Pernyataannya itu ia kumandangkan beberapa saat setelah ia dinyatakan terpilih sebagai PM Jepang pada september tahun lalu.

Dalam perjalanan karir politiknya sebagai PM Abe berkali-kali dikritik karena kabinet yang ia bangun dianggap tidak bermutu. Oleh lawan2 politiknya, kabinet Abe disebut “Yuujin Naikaku” atau “Kabinet Teman2 Dekat”. Dan tidak cukup itu saja, secara berturut-turut menteri2nya menunjukkan ketidakmampuan mereka sebagai pemimpin dengan mengeluarkan pernyataan2 yang mengundang kemarahan rakyat. Mulai dari menteri urusan perempuan yang di depan pers menyatakan bahwa “perempuan adalah mesin penghasil anak”, hingga yang paling terbaru beberapa minggu lalu sebelum re-shuffle, menteri pertahanan Koike Yuriko menyebut dirinya sebagai “Rice-nya Jepang”(maksudnya Condeleezza Rice, menteri sekretaris negara Amerika) dan dengan terang-terangan menyebut Rice sebagai orang yang seperti saudaranya sendiri.

Waktu itu setengah bercanda, Koike meminta pers untuk memanggil dirinya sebagai “Madam Sushi”, sebab katanya kalau rice di Jepang sinonim dengan sushi. Guyonan itu mungkin terdengar lucu di telinga orang Amerika, tapi di telinga orang Jepang guyonan itu seperti penghinaan terhadap diri sendiri. Bagaimana tidak, menteri pertahanan Jepang dengan pede-nya menaruh posisinya di bawah bayangan secretary of State Department Amerika, yang seakan-akan mengakui secara resmi kalau Jepang adalah bawahan Amerika. Apalagi pernyataan itu dikeluarkan di depan pers Amerika sendiri.

Pengeroposan pemerintahan Abe semakin diperparah dengan kasus2 korupsi yang dilakukan oleh menteri2 kabinetnya lalu semakin diperburuk dengan terkuaknya kebobrokan kementerian kesejahteraan sosial dirjen pensiunan sosial. Kasus itu ternyata telah menyebabkan sekitar 50 juta orang Jepang kehilangan sebagian (bahkan dalam beberapa kasus adalah keseluruhan) catatan pembayaran pensiunan mereka. Yang berarti berkurangnya atau hilangnya uang pensiunan di usia tua mereka. Menurut berita di TV minggu lalu, karena kasus itu telah terjadi kebocoran dana sebesar 133 milyar yen (kurang lebih 11 trilyun rupiah) lebih di tubuh instansi pemerintah itu.

Ketidakpercayaan rakyat Jepang terhadap Abe mulai terbukti ketika pemilihan anggota dewan majelis rendah akhir Juli lalu. Sebelum pemilu, Abe dengan gamblang menyatakan di media massa “Pada pemilu ini kita akan lihat siapa yang diinginkan rakyat menjadi perdana menteri, saya atau Ozawa (pimpinan partai Demokrat)”, yang memberikan isyarat bahwa ia mempertaruhkan kursinya pada pemilu itu, dan dengan jujur rakyat memilih lawan partai LDP yaitu oposisi Partai Demokrat. Tapi lucunya, walaupun hasil pemilu jelas2 tidak memenangkan partainya Abe, LDP (Liberal Democrat Party), dengan enteng Abe menolak untuk mengundurkan diri sembari berkilah bahwa ia hanya berusaha menepati janjinya untuk meneruskan program reformasi pemerintah sehingga ia merasa masih harus duduk di kursi PM.

Ringan lidah Abe inilah yang membuat Abe akhirnya menyerah dan meletakkan jabatan. Dua hari yang lalu ketika menghadiri sidang APEC di Sydney, Abe mengeluarkan pernyataan bahwa dirinya tetap akan mendukung peran serta Jepang untuk memerangi terorisme di Afghanistan. Pernyataannya ini untuk menjawab kegusaran Amerika setelah kunjungan utusan mereka ke Jepang dikecewakan oleh pernyataan Ozawa Ichirou (ketua partai Demokrat Jepang) yang dengan tegas menyatakan bahwa Jepang tidak akan lagi membantu Amerika dalam perangnya, dan menolak untuk memberikan bantuan akomodasi perang berupa bahan bakar untuk kendaraan perang Amerika. Bantuan itu menurut penelitian yang diumumkan pada sebuah acara talk show tengah malam sekitar 2 minggu yang lalu, ditaksir bernilai puluhan milyar yen. Dan tentu saja Amerika gusar karena harus kehilangan subsidi jutaan galon minyak tersebut.

Pada konferensi pers di Sydney itu Abe mengatakan “Saya akan meletakkan jabatan perdana menteri kalau sampai undang2 anti terorisme Jepang yg sedang digodok di dewan tidak lolos”.

Pernyataan itulah yang akhirnya mengobarkan amarah di dalam negeri Jepang. Abe dinilai sangat membela kepentingan Amerika, sampai2 rela mempertaruhkan lehernya (jabatannya) sendiri, sementara itu Abe tetap keukeuh dengan menyatakan bahwa ia hanya berusaha mentaati kesepakatan internasional, yang kemudian dibantah oleh lawan2 politiknya bahwa kesepakatan yang Abe maksud sebenarnya adalah “kesepakatan dengan Amerika”.

Sehari setelah ketelepasan ngomong itu Abe buru2 pulang dengan alasan gangguan kesehatan. Sehari kemudian yaitu hari ini, keluarlah surat pernyataan pengunduran dirinya yang mengagetkan semua kalangan.

Siapa pasca Abe? Nama yang paling kuat bergaung adalah ASO TARO, seorang pria kelahiran tahun 1940 dan sempat menjabat sebagai presiden di perusahaan keluarganya ASO GROUP. Lihat profilnya di http://www.aso-taro.jp/profile/index.html. Apakah Aso lebih baik dari Abe, mari kita lihat.