50 juta orang

Akhirnya hari ini di TV Fuji muncul iklan yang berisi permohonan maaf dari departemen kesejahteraan sosial Jepang. Iklan itu meminta maaf atas kekisruhan yang timbul akibat raibnya catatan pensiunan warga negara Jepang sejumlah lebih dari 50 juta orang. Di iklan itu juga pemerintah berjanji untuk mengusut tuntas masalah itu dan meyakinkan warga negara bahwa dana pensiunan mereka kelak di hari tua tetap ada.

Iklan ini sebenarnya sudah terlalu terlambat setelah kasak kusuk permasalahan ini merebak beberapa bulan silam. Bermula dari ditemukannya kejanggalan pada pembayaran pensiunan beberapa orang senior citizen, lantas kemudian membuat orang2 setengah baya menjadi khawatir akan kasus yg sama terjadi pada mereka di masa datang sehingga mereka mengecek dan mendapatkan hasil yang meragukan, hingga akhirnya terbuka secara besar2an system fault pada database pemerintah.
Pada umumnya kesalahan sistem terjadi pada saat migrasi data besar2an dari sistem kartu manual ke sistem database komputer di era tahun 80-90an. Ada berbagai macam sebab tapi pada dasarnya bisa dimasukkan pada satu kategori besar, DATA INPUT ERROR.
Di antara kesalahan itu ada yg salah memilih kanji yang benar, alamat, nomor nenkin, atau tahun pembayaran.
Di satu sisi, permasalahan ini menunjukkan kelemahan sistem komputerisasi ketika operatornya tidak terlatih baik. Tapi di sisi lain, permasalahan ini sekaligus menunjukkan kekuatan sistem komputerisasi, karena tidak mungkin mengetahui adanya kesalahan data dengan cepat seperti sekarang ini kalau tidak ada sistem komputerisasi yang mumpuni seperti sekarang. Apakah anda bisa membayangkan mengecek data 50 juta orang dalam jangka waktu beberapa bulan? Boleh dikata mustahil.
Jadi, kalau ada pilihan antara manual dan komputerisasi, saya yakin kita akan tetap memilih komputerisasi.

Jepang yang dikenal sebagai negara maju sebenarnya tidaklah semaju bayangan orang Indonesia dalam dunia per-IT-an, setidaknya itulah kesimpulan pribadi saya setelah beberapa hari belakangan berkelana mengikuti seminar2 ttg isi dalam perusahaan2, khususnya yg menyangkut administrasi data.
Tidak sedikit perusahaan2 yg mengaku gudangnya ahli IT, mempekerjakan orang2 yg latar belakangnya sama sekali bukan dari IT. Pendidikan IT pegawai2 mereka kebanyakan diperoleh dari pelatihan2 setelah masuk kerja, bukan dari universitas2 tempat mereka tamat.

Saya tidak mengatakan bahwa mereka kurang cakap dalam IT. Tapi memberikan pelatihan bahasa C kepada orang yang pernah belajar bahasa itu beberapa tahun semasa kuliah tentu akan lebih mudah ketimbang orang yang selama 4 tahun belajar tentang sejarah hidup Sakamoto Ryoma 🙂
Saya yakin kalau dihitung persentase mahasiswa2 ilmu komputer per total mahasiswa, maka angka di Indonesia akan lebih tinggi dibanding di Jepang. Walaupun saya tidak berani mengatakan bahwa persentase kualitasnya sama.

Dengan terus terangnya pemerintah Jepang akan kekacauan data pensiunan yg mereka miliki ini, mungkin akan timbul beberapa efek pada program nenkin. Pada saat tidak ada masalah pun ada banyak kalangan muda yg menolak masuk program itu, apalagi sekarang dengan kekacauan ini, akan ada lebih banyak warga negara yg memilih untuk tidak masuk nenkin.
Akan halnya orang asing, khususnya kenshusei asal Indonesia, kekisruhan permasalahan database pemerintah ini bisa berakibat pada melambatnya proses pengembalian iuran pokok nenkin, dan tentu saja pada proses pengembalian pajak nenkin mereka. Selama satu terakhir ini saja tercatat pelambatan proses pengembalian iuran pokok yang semula rata-rata 3 bulan menjadi rata-rata 5-6 bulan. Pengembalian pajak nenkin yg di tahun 2004-an, ketika kami pertama kali mengelola layanan Suzuki Office+Kurniawan A&S, hanya memakan waktu 50 hari-an, sekarang ini bisa melar hingga berbulan-bulan. Bahkan di catatan kami ada sekitar aplikasi yang masih ditahan oleh kantor pajak daerah lebih dari 6 bulan dengan alasan data yang tidak cocok atau tidak lengkap.
Entah data tidak cocok, atau jangan2 seperti data orang2 Jepang itu, RAIB alias HILANG 🙁

Mudah2an saja untuk orang asing seperti kita, data tidak ada yg hilang, sebab semua kenshusei yg masuk program nenkin ini sudah menggunakan sistem komputerisasi sejak awal, amin.

Kalau sistem database di Suzuki+Kurniawan ( http://pajaknenkin.com ) gimana? Tenang aja, sistem database kami sejak semula sudah digital dan online sehingga insya Allah bebas resiko error pada saat digitalisasi 🙂

4 thoughts on “50 juta orang

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.