Hanya 12 ?

Hari ini (mmmmhh sudah jam 1:50 berarti sudah jadi KEMARIN) terpaksa lari2 meninggalkan kuliah umum yg dibawakan oleh seorang figur petani modern di daerah Himeji, gara2 harus mengejar kereta supaya bisa sampai jam 16:00 di lantai 3 hotel Rihga Osaka untuk membantu sebagai penerjemah di acara GUIDE TO INVESTMENT IN INDONESIA. Saya sempat ngos-ngosan karena kesasar gara2 petugas stasiun yg menunjukkan arah yg tidak tepat setelah keluar dari kereta bawah tanah. Saking takutnya telat akhirnya saya menelpon staf KJRI untuk diberitahu arah yg tepat karena tampaknya saya terdampar cukup jauh. Akhirnya saya naik taksi yg membawa saya hingga pintu gerbang hotel Rihga Royal. Ini kali kedua menginjakkan kaki di hotel ini, setelah setahun yg lalu bersama teman2 penerima beasiswa sempat menikmati gala dinner bersama Ibu pimpinan Gatsby Corporation, Mrs.Nishimura.

Dalam pikiran saya, karena diberitahu harus datang jam 16:00 maka saya sudah telat sekitar 2 menit karena jam saya menunjukkan angka 16:05. Jam tangan memang sudah saya majukan 3 menit supaya bisa lebih terpacu dengan waktu. Tapi saya jadi jengkel campur lega karena ternyata acara bisnis matching akan dimulai 17:20, bukan 16:00. なんだよ!teriak saya dalam hati, kalau tahu mulai jam 17:20 saya ndak mesti lari2 ngejar subway dan meninggalkan kuliah 15 menit lebih cepat. Tapi ada juga perasaan lega karena saya tidak merepotkan orang lain gara2 telat.

Ternyata seminar masih berlangsung dengan dipandu langsung oleh Konjen RI di Osaka, bapak Pitono yang didampingi Ibu Marie Pangestu. Kursi pak Fahmi Idris di sebelah pak Pitono terlihat kosong, dan malah diisi oleh pak Lutfi, kepala BKPM. Wajah2 yg lain tidak begitu familiar kecuali wajah pak Slamet dari KJRI yang duduk pas di belakang pak Konjen.

Saya memilih berdiri di samping konsul DikBud pak Adi karena kursi yg kelihatannya penuh. Presentasi dibawakan dalam bahasa Jepang dan bahasa Inggris.

Ada yg menarik dari presentasi beberapa pembicara Jepang. Dengan lugas mereka mengakui kurangnya jumlah investasi pengusaha Jepang di Indonesia jika dibandingkan dengan Thailand dan Vietnam. Sayang sekali perwakilan dari Kankeiren (Asosiasi Pengusaha Osaka) tidak secara eksplisit memberikan alasan mengapa pengusaha dari negara2 ini tidak melirik Indonesia. Isu yg beliau angkat kebanyakan hanya perbandingan data investasi antar negara dan antar bidang usaha, dan hanya sempat menyinggung sedikit tentang inflasi di Indonesia yg memang menjadi salah satu tolok ukur ekonomi makro. Tapi beliau tidak cukup berani mengatakan bahwa pengusaha2 Jepang ogah tanam modal karena kondisi keamanan yg kurang kondusif, kurangnya insentif bagi modal asing, dan adanya biaya ekonomi tinggi yang disebabkan oleh berurat dan berakarnya korupsi di masyarakat kita.

Presentasi yg sempat saya ikuti dari belakang juga termasuk pengelola Batam Island yg dgn berapi-api mempromosikan beberapa fasilitas pendukung berupa infrastruktur dan insentif pemerintah yg bisa diperoleh jika tanam duit di kawasan berikat itu. Lumayanlah, paling tidak semangatnya patut kita acungi jempol. Beliau sampai batuk2 beberapa kali gara2 terlalu semangat :dua_jempol:

Di sesi pertanyaan, pak Pitono hanya mengijinkan 5 penanya, semula dipersilakan langsung ngomong, tapi seperti yg sudah diduga, tentu saja ndak akan ada orang Jepang yg angkat tangan dan ngomong 🙂 akhirnya pertanyaan mengalir lewat tulisan. Kebanyakan pertanyaan akhirnya dijawab dengan baik oleh Ibu Marie, sayang sekali ketika pertanyaan tertuju kepada BKPM, pak Lutfi tampak kurang siap memberi jawaban sehingga terkesan sekenanya. Tapi memang sih agak susah juga karena pertanyaannya membutuhkan jawaban yg tidak instan.

Akhirnya seminar berakhir jam 17:20 pas dan saya bergegas menuju ruang sebelah. Di sana langsung diarahkan oleh staf KJRI dan langsung menghadapi dua orang manusia yg hanya bisa saling pandang dan senyum plus bengong. Yang satunya pak Manurung, perwakilan Essence Trading Association dari Jakarta, yg satunya lagi Morimura-san, manajer HISAO MORISON HARDWARE dari Sakai. Pak Manurung hanya bisa cakap Inggris, sementara Morimura-san cuma bisa yes-no saja :bawah: Saya duduk di sebelah pak Morimura dan mulai memasang saluran dua bahasa, Nihonggo-Indonesia. Akhirnya pembicaraan berakhir dgn kata sepakat bahwa Morimura-san akan mengontak lagi tentang kelanjutan urusannya.

Tamu pak Manurung yg kedua lumayan bisa bahasa Inggris, bahkan sepatah kata bisa bercakap Indonesia. Setelah ditanya, ternyata dulu mantan pegawai Marubeni di Jakarta, yg katanya pernah tinggal dekat Taman Kodok di Menteng. pantas 😆 Saya jadi banyak bengong doang, walaupun sesekali masuk dalam pembicaraan ketika sang Nihonjin kehilangan kata2 dalam bahasa Inggrisnya. Agak susah juga karena kadang2 saya mesti pasang 3 channel di otak sekaligus, Indonesia – English – Nihonggo :bawah:

Menjelang jam 7 ruangan sudah lengang, yg terlihat masih asik tawar-menawar adalah perwakilan sebuah butik di Bandung yg menawarkan batik. Saya menyapu sudut di seluruh ruangan dengan ekor mata dan tak tampak lagi orang2 mata sipit. Hanya kursi kosong dan papan nama perusahaan yg terpancang. Selidik punya selidik ternyata pengusaha Indonesia yg datang untuk menawarkan bisnisnya hanya 12 perusahaan! Yang banyak malahan staf pemerintah yang entah mau menawarkan apa. なんだよ! Sebuah negara berpenduduk 200 juta lebih dengan jumlah orang kaya raya yg lebih banyak dari warga negara Singapura + Brunei, hanya diwakili oleh 12 pengusaha? mmmhhhh…. Saya sudah ingin protes, tapi lalu surut karena kata2 seorang dosen senior arsitek UGM yg katanya lagi nyambi ngajar di Universitas Osaka, “sudahlah, jangan terus2an menyesali negeri sendiri”. Walaupun kata2 itu beliau tujukan kepada mahasiswi Osaka Univ di depannya, tapi ucapan itu juga turut menyadarkan saya.

Yah, sampai kapan kita menyalahkan keadaan? Toh, semua ini terjadi karena sebuah suratan yg tertulis. Kondisi ekonomi Indonesia sudah terlanjur carut marut. Yang penting adalah, dari sekarang apa yg bisa kita perbuat.

12 itu pun akan berharga kalau dibantu dengan serius. Siapa tahu dari 12 itu bisa terlahir 120, atau 1200, atau mungkin 12000 bisnis baru di tanah air. Mari kita berharap sambil berusaha.

6 thoughts on “Hanya 12 ?

  1. Adhan :
    Ini dgn Adhan yg dari Buton bukan? Sekarang di YARSI toh, kayakx qt pernah ketemu sekali di Bandung dulu. BTW, Syarif Hidayatullah di mana sekarang ces? Sukses selalu ya…
    Nanti kalo saya pulang ke Indonesia, bolehlah qt tukar2 cerita dan kisah.

    Sriyanto :
    Waalaikumsalam wr wb
    Thanks buat apresiasinya. Tulisan ini hanya coretan seorang yg tak berarti dan tak berdaya untuk merubah sesuatu yg ada sekarang. Mudah2an dgn menuangkannya di tulisan, sebuah semangat baru ttg Indonesia bisa tertular kepada yg membaca. Ganbarou ne..

  2. M.A.Kurniawan Mr.yth.
    Assalamu′alaikum Wr.Wb
    Saya salut dengan apa yang ada di benak anda…memang begitulah, keadaan di negara indonesia. Saya sendiri sudah dari dan waktu kedatangan saya kembali ke Indonesia..adalah selalu tidak terima dengan keadaan negeri sendiri yang tercinta ini. selalu inginnya protes..tidak terima dengan keadaan..yang terjadi, baik mengenai peraturan maupun sistim yang ada..tapi apa daya bagai melawan badai..ternyata bukan saya sendiri,mungkin juga semua anak2 ex-tranee dan orang2 yang berjibaku dengan majunya Indonesia.
    terima kasih…mudah2an suatu waktu atau masa yang akan datang dunia akan mengaerti siapa thoo..Indonesia itu, kata pepatah ibarat cipratan surga yang pernah bocor yang jatuh ke bumi ini ataupun penggalan surga dengan keindahan dan kekayaannya yaitu bernama Indonesia Raya..
    Wassalamu′alaikum Wr.Wb

  3. Ternyata antum merupakan sosok petualang sejati. dari Makassar, Bandung, Jakarta, Kendari, Bekasi, Fukui, dan Kobe. entah kemana lagi setelah dari Kobe.ini mungkin merupakan perjalanan hidup manusian dalm mencari sosok jati diri yang sesungguhnya. angkat topi untuk antum yang berani ambil keputusan dengan mengambil jalan lain, jaln laij dan jalan lain. yang paa alhirnya antum dapat menemukan pelabuhan yang natum harapkan. dan apakah ini akan menjadi pelabuhan terakhir antum? wallahu a′lam. perkenalkan ana adhan angktan 89-95. kakak kelas atau adik kelas manggil adhan dengan ladi. kalo panggilan ini mungkin antum ingat. setalah dari immim, ana juda sempat ke bandung. wallahu a′lam penah ketemuka kita di STT Telkom dahulu?. yang ana ingat adalah teman adhan. syarif Hidayatullah. sekarang adhan di Jakarta dan jadi pengajar/kuli dikantor orang. dosen fak ekonomi di Univ. YARSI jakarta. kalo ke jakarta mudah-mudahan kita bida silaturahmi sambil berbagi pengalaman dari seorang petualang.
    email: adhanh@yahoo.com
    jazakaalah wasyukran katsiiran

  4. Ternyata antum merupakan sosok petualang sejati. dari Makassar, Bandung, Jakarta, Kendari, Bekasi, Fukui, dan Kobe. entah kemana lagi setelah dari Kobe.ini mungkin merupakan perjalanan hidup manusian dalm mencari sosok jati diri yang sesungguhnya. angkat topi untuk antum yang berani ambil keputusan dengan mengambil jalan lain, jaln laij dan jalan lain. yang paa alhirnya antum dapat menemukan pelabuhan yang natum harapkan. dan apakah ini akan menjadi pelabuhan terakhir antum? wallahu a′lam. kalo ke jakarta mudah-mudahan kita bida silaturahmi sambil berbagi pengalaman dari seorang petualang.
    jazakaalah wasyukran katsiiran

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.