Waktu yang berlalu

Hampir genap setahun yg lalu ketika terakhir kali saya menginjakkan kaki di kota kecil Aioi yang terkenal dengan dai-chan, yaitu sebatang lobak liar yang jadi tenar karena tumbuh dari sela-sela aspal yang keras. Bagi orang Jepang, sifat keras kepala lobak yang tumbuh di lingkungan keras itu adalah lambang dari sifat pantang menyerah yang pantas dihargai walaupun itu sebatang lobak, sampai-sampai ketika ada tangan jahil yang menebas batang lobak itu dan hanya menyisakan akar dan sepotong badannya, beberapa penduduk lokal menaruh karangan bunga sebagai penghormatan terakhir kepada dai-chan. Kabar terakhir di berita TV, dai-chan berhasil diselamatkan hingga kembali mengeluarkan daun dan bertahan hidup di pot hidroponik.
Selain bangunan depan stasiun yang sedang dibangun, nyaris tidak ada yang berubah dari suasana stasiun Aioi. Sepi yang merambat, deretan taksi yang teratur dengan baik menunggu penumpang, dan polah sopirnya yang leha-leha sambil baca koran dalam taksi mereka. Nyaris tidak ada yang berubah.

Setiba di hotel khusus tamu grup perusahaan Ishikawa Jima – Harima pun, suasana serasa masih sama. Clerk hotel yang bertugas pun rasa-rasanya masih orang yang saya temui setahun lalu, bahkan kamar yang disediakan untuk saya pun masih tetap di lantai yang sama, walaupun bergeser dari nomor 11 ke nomor 8.

Yang berubah adalah para kenshusei yang saya temui di asrama mereka. Wajah-wajah yang setahun lalu masih polos dan malu-malu, setelah setahun berlalu sudah berubah menjadi lebih percaya diri, sumringah dan serasa lebih mantap dalam tatap mata mereka. Adapun kenshusei yang baru datang, tentu saja tetap sama dengan senior mereka yang saya temui setahun yang lalu. Polos, semangat, tapi rada-rada bingung.

Ada banyak hal yang menyebabkan saya senang menerima pekerjaan penerjemah ini, selain memang honor yang bagi saya sangat lumayan karena hitungan sejamnya yang cukup untuk membeli 6 bungkus bento, bagi saya bertemu dengan kenshusei yang baru datang membuat saya bisa bernostalgia mengenang masa pertama kali menginjakkan kaki di negeri ini sebagai kenshusei, masa-masa yang harus dilalui dengan perjuangan fisik dan mental. Perasaan nostalgia itu sekaligus menjadi pendorong semangat dan penambah rasa bersyukur kepada Allah, atas betapa banyak rezeki yang telah dilimpahkan-Nya ke saya sehingga bisa mengalami banyak fase dalam hidup yang singkat ini. Dari kenshusei hingga menjadi gakusei di negeri sakura ini adalah pengalaman unik yang tidak banyak dijalani oleh orang lain.

Ketika bertemu dengan kenshusei-kenshusei baru dan senpai-senpai mereka itu juga saya sering menyadari betapa waktu itu cepat berlalu. Karena rentang waktu kedatangan yang cukup lama, saya baru sadar bahwa banyak hal yang berubah selama ketidak-adaan saya di tempat itu.

Bagi saya, tahun ini tidak banyak yang berubah dengan keadaan kenshusei di Aioi, kecuali beberapa orang yang mulai terlihat menggelembung badannya. Tapi, bagi kenshusei itu sendiri, setahun telah berlalu, yang berarti jatah waktu yang tersisa hanya dua tahun lagi.
Dari kenyataan ini, bisa disimpulkan bahwa ada dua persepsi terhadap satu realitas sama. Persepsi yang pertama adalah hasil pemikiran saya yang merujuk pada ketiadaan perubahan secara mencolok yang terjadi selama setahun, sedangkan persepsi kedua adalah persepsi kenshusei yang merasa bahwa selama setahun itu ada banyak hal yang telah berubah di dunia mereka.

Berbicara tentang perbedaan persepsi mengenai perubahan waktu, mungkin akan mengingatkan kita pada teori relativitas yang dilontarkan oleh Einstein yang sebenarnya dibuat untuk menyangkal kesimpulan Newton tentang gerakan elektromagnetik yang dipengaruhi oleh gerakan pengamatnya. Menurut Einstein, jika dua orang pengamat bergerak relatif terhadap masing-masing ruang dan waktunya, maka akan didapatkan hasil pengamatan yang berbeda walaupun kenyataannya (sifat fisikanya) sama. Kesimpulan umumnya adalah, sesuatu itu relatif dan tergantung dari posisi mana melihatnya.

Teori ini tampaknya bukan hanya berlaku pada ilmu fisika (makro) tapi juga buat fenomena sosial, hanya saja mungkin lebih rumit dan tidak bisa dibuktikan empiris karena memerlukan pengamatan yang melibatkan berbagai macam parameter yang tidak seluruhnya empiris, seperti misalnya perasaan atau kesan terhadap suatu fenomena. Bagi saya, pergerakan waktu yang berlangsung di lingkungan saya tidak bersentuhan langsung dengan dunia teman-teman kenshusei di Aioi, demikian pula sebaliknya. Sehingga ketika saya memasuki dimensi ruang di Aioi, perubahan yang ada ditanggapi secara berbeda oleh otak saya dibanding dengan otak mereka yang hidup dalam dimensi ruang di Aioi. Kita bisa memperkirakan bahwa kebalikannya akan terjadi kalau saya yang dikunjungi oleh teman-teman di Aioi.

Yang jelas, dengan berpindah dimensi ruang, saya sering disadarkan betapa kompleks dan rumitnya Allah menciptakan alam ini. Cobalah bayangkan dari persoalan yang kelihatan sederhana seperti perbedaan persepsi terhadap waktu seperti yang disebut di atas, betapa otak manusia itu telah didesain oleh pencipta-Nya sehingga mampu mengolah informasi sedemikian rupa lalu memberikan keluaran berupa persepsi dan perasaan yang bisa berbeda walaupun variabel inputnya sama.
Memang Maha Benar Allah yang telah menantang manusia untuk mencoba mendokumentasi ciptaan-Nya, yang kemudian dijelaskan-Nya sendiri bahwa biarpun seluruh air laut menjadi tinta maka tetap tak akan cukup untuk mengupas habis ilmu-Nya. Tak bisa terbayangkan berapa giga giga byte yang dibutuhkan oleh sebuah komputer hanya untuk menyamai kemampuan otak seorang manusia, padahal Allah mampu menciptakan trilyunan manusia dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dengan bahan baku dasar hanya berupa setetes air mani.
Seringkali saya tersenyum karena sadar betapa bodohnya kebanyakan orang Jepang yang dengan entengnya menyebut orang-orang yang ahli di bidangnya dengan sebutan kami-sama atau tuhan, seperti keizai no kamisama (tuhannya ekonomi) atau kagaku no kamisama (tuhannya ilmu kimia), dll. Betapa mereka tak menyadari bahwa sampai kapan pun manusia itu tak akan pernah bisa menyamai Penciptanya, karena memang manusia itu diciptakan dalam keadaan lemah dan serba kekurangan.

Allahu Akbar! Pernahkah anda merenungkannya?

11 thoughts on “Waktu yang berlalu

  1. Assalamu alaikum wr wb,,wahh bang ariff hebat nihh yaaa,,,andaa orangg yg sangat kreatiff,,ternyataa,,,banyak jg yaa orangg hebat d makassarr,,,ewako mangkasa(sul sel) salam dr ku mardy,(enrekang)

  2. Oh begitu… sekarang saya bener2 paham, dan semakin yakin untuk bisa ikut seleksi, dan semoga bisa lulus.

    sebenarnya, saya sudah menjadikan "pergi ke jepang" sebagai cita2 dan obsesi saya (hehehe). berawal dari baca2 komik, kemudian belajar budaya (terutama budo-karate dan aikido, dan segala hal yg berhubungan dengan samurai) kemudian sejarah dan lain2, saya merasa benar2 jatuh hati sama negara jepang.

    sebenarnya saya dulu pernah ikut seleksi pertukaran pelajar waktu smu, tp gagal pada tes terakhir (diskusi), dan gagal untuk ikut seleksi mongakobusho, karena nilai saya kurang dari syarat minimal ikut seleksi.

    semoga dengan kenshusei ini, cita2 saya tersebut bisa terkabul, karena saya ga mungkin ke sana atas biaya sendiri.

    sekali lagi terima kasih banyak atas semua informasi dari mas arif, saya hanya bisa mendoakan semoga mas arif semakin sukses dan selalu diberkahi oleh Allah Swt, amien.

  3. Tujuan utama dari seleksi adalah untuk mendapatkan calon peserta yang sehat, kuat, punya motivasi, dan punya kemampuan otak rata-rata. Minus pada mata sebenarnya banyak dialami oleh peserta magang, selama tidak mengganggu pekerjaan, orang jepang tidak mempermasalahkannya. Sejauh mana minus mata itu mempersulit anda dalam pekerjaan? Dokterlah yg bisa menjawab. Saran saya, mulai sekarang rajin-rajinlah bangun dan jalan-jalan subuh supaya sehat, dan minum jus wortel setiap hari, dan jangan lupa berdoa′a 🙂

    Tentang toh tidak akan dipermasalahkan selama itu bawaan dari lahir.
    Selain IMM? Ada beberapa yayasan di Jakarta, Semarang, Mataram, dll yg sudah memegang izin mengirim kenshusei ke jepang. Masalahnya mereka tidak bisa mendapatkan partner perusahaan untuk kerja di jepang 🙂 Hingga saat ini, menurut saya IMM-lah yg terbaik dan teraman.

  4. Oh gitu ya.saya dulu sih suka elektro, tp ga tau ini ntar.

    makasih banyak sekali lagi, jawaban2 merupakan jawaban yang selama ini saya cari2, hehe. info dari BLK kurang lengkap sih, jd saya coba cari info dr kenshusei yang uda pernah ke sana, tp orang2 di milis2 kok ga respon.

    oh ya,saya dapat masalah baru. mata saya sekarang agak minus, mungkin 1/4 ato 1/2. apa itu bisa jadi masalah yg besar/saya ga bisa ikut seleksi? selama ini saya memang ga pake kacamata, tp setelah di periksa, ternyata demikian.

    saya juga punya semacam toh di pangkal leher sebelah punggung, tp tidak terlalu mencolok. apa itu juga jd masalah?

    kl misal saya ga bisa ikut seleksi kenshusei disnaker, apa ada cara laen biar saya bisa kerja di jepang secara legal?

    makasih banyak mas. smoga info dr mas bisa membantu saya dan juga teman2 lain yang pengen ke sana.

  5. Sebenarnya jenis kursus yg dipilih tidak selalu menentukan jenis kerja yg didapat, kecuali jenis keterampilan khusus seperti elektronika dan las.
    Kenshusei yg mendapatkan jenis kerja elektronika biasanya memang yg berlatar belakang elektronika, demikian pula las. Sedangkan jenis kerja lainnya biasanya tidak berhubungan langsung dengan ijazah kursus. Kalau saran saya, jika memang sanggup, ambillah jurusan elektronika karena pilihan penempatannya lebih banyak. Ganbatte ne…

  6. Maksih banyak mas, iya maksud saya april 2007. sebenernya mei kemaren udah kepikiran mo ikut, taunya telat 1 bulan. (wilayah jatim). tp walopun sempet, lum ada ijasah buat syarat ikut. saya lulusan smu.

    oh ya, saya kan lulusan smu. ntar rencana mo ambil latihan di BLK. saya sih suka sepeda motor, tp apa itu bagus ya buat ntar di sana? maaf mas kalo banyak nanya. apa ada alamat email yang bisa saya hubungi langsung? soalnya saya post di forum sama milis jarang ada yg respon.

    makasih banyak ya sebelumnya

  7. Apa nggak salah mas? Sekarang sudah bulan agustus 2006, berarti mas Aryo udah telat 🙂 maksudnya mungkin April 2007 ya? Tips dari saya, jangan mau menyogok pegawai Depnaker, terutama karena hal itu haram dan yg kedua, mereka itu tidak punya kewenangan sama sekali untuk menentukan kelulusan. Jadi, ngasih atau nggak ngasih uang pun sebenarnya tidak ngefek terhadap kelulusan. Persiapkan fisik dgn latihan lari di siang hari, sering renang, dan mulailah baca buku2 pembangkit optimisme seperti karangan Dale Carnegie, David Schwartz, Ary Ginanjar, dll. Dari sekarang, mulailah membuat impian, mau jadi apa setelah pulang dari Jepang, apakah mau buka usaha, cari kerja lagi, atau lainnya. Mulailah membuat impian.

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.