Rumah-Mu

Alam pikirku mengambang, asaku menipis
Mentari terasa begitu redup, padahal panasnya memanggang
Alhamdulillah kaki menuntunku
ke keteduhan bangunan tua di kaki bukit Sannomiya

Kubuka lembaran kusam
Kusisir coretan pena-Mu
Dan kutemukan sejumput ketenangan

Kurebahkan badan penat terhimpit beban
kutatap lampu hias di langit-langit
aahhh….kenapa ku selalu mencari keteduhan itu di tempat lain
Padahal kutahu di rumah-Mu lah semua itu ada

Kuterlelap dalam panasnya natsu
Sesekali kuterbangun karena suara-suara tak jelas
aahhh….betapa sering ku terlupa
Bahwa suatu hari, aku akan terlelap dan tak akan bangun hingga suara terompet berkumandang

Angin panas menyerbu masuk
Tapi dihalau oleh hembusan kipas angin
aahhh….mengapa aku sering terlena
Padahal kutahu bahwa dunia ini selalu panas
Dan hanya perlindungan-Mu yg selalu sejuk

Allahummadhdiiny ilaa shirotal mustaqiim wa audzu bika minal wahni, amin

Kutahu pasti, aku tak akan pernah mampu menahankan panasnya neraka-Mu
Karena itu beri aku kesejukan surga-Mu, ya Rabb

5 thoughts on “Rumah-Mu

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.