Idealis

Hari ini saya akhirnya menghubungi seseorang di Indonesia yang sudah menitipkan nomor telpon sekitar seminggu yang lalu. Beliau menyuruh telpon sehubungan dengan rencana beliau mewujudkan kerjasama di bidang perekrutan kenshusei. Pada intinya, menurut teman yang mengenalkan saya kepada beliau, beliau ingin menjajaki kerjasama dengan kolaborasi KURNIAWAN-SUZUKI yg sudah terjalin selama 2 tahun terakhir.

Saya awalnya cukup antusias karena mengetahui beliau adalah mantan pejabat tinggi yg sudah lama berkecimpung di bidang ketenagakerjaan. Seyogyanya, menurut perkiraan saya, beliau tentulah orang yang niat dasarnya untuk memajukan bangsa (ceile…), apalagi sebagai seorang wakil rakyat yg aktif di Senayan, sudah wajar kalau dari beliau saya berharap bisa mendengar pembicaraan yang agak idealis. Saya sangat berharap bahwa perekrutan kenshusei ini bukan sekedar “menjual” tenaga orang lalu meraup untung yang wah. Harus ada yang lebih dari itu.

Seyogyanya program kenshusei menghasilkan manusia2 yg mandiri, berani, berpengetahuan, berwawasan luas, dan matang kepribadiannya. Semua itu tidak bisa dihasilkan hanya dengan merekrut anak2 muda lalu mengirimkannya ke Jepang, then bye bye, ganbatte kudasai. Harus ada upaya sistematis yg dilakukan untuk menindaklanjuti nasib ribuan anak2 muda yg kebingungan harus kemana kaki melangkah. Pengalaman hidup enak di Jepang selama 3 tahun, kalau tidak disikapi dengan baik, malah hanya akan jadi mimpi buruk hingga akhir hayat. Seharusnya, orang2 seperti beliau-lah yg menggalang kekuatan di lapisan atas untuk mendorong pemerintah menelorkan gagasan2 dan kebijakan2 yg bisa membantu mantan kenshusei.

Tapi ternyata saya yang terlalu idealis, saya yang terlalu berharap. Bagi beliau, perekrutan kenshusei is just another business. Mungkin memang saya yang terlalu idealis.

2 thoughts on “Idealis

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.